Thursday, July 7, 2022
Thursday, April 21, 2022
Rukhsah Puasa
Monday, April 11, 2022
Saling Terbuka
Wednesday, March 30, 2022
Garwo
Friday, February 25, 2022
Pemikiran Nyeleneh
Thursday, February 24, 2022
Sakit Part 2
Wednesday, February 23, 2022
Review Buku 32 Tanya Jawab Fiqih Hak Finansial Istri
Monday, February 21, 2022
Sakitnya Mariyah Part 1
Beberapa hari ini suka duka membuat jantungku sesak. Menyesal, marah, sedih, Bingung bercampur aduk menjadi satu. Aku tau dan sudah menduga ada yang aneh dengan kondisinya sejak Januari lalu. Gadis 9 tahun itu hanya diam setiap kali ditanya. Ia banyak menelan ungkapan hatinya karena ibunya tak nyaman untuk diajak bicara. Ia yang dulu ceria jadi tak banyak kata. Tentu aku punya andil besar karena tak jadi tempat yang nyaman untuk berbagi. Banyak mengintimidasi, khawatir berlebih dan otoriter selama mengasuhnya. Jelas itu membuatnya berubah dari karakter aslinya.
Aku yang menyadari semua itu pun tak mudah berubah. Semua yang kulakukan padanya adalah hal yang kualami di masa kanak-kanak. Innerchild istilahnya. Tapi menjauh dari luka lama itu sulit. Dan ia serta adiknya menjadi korban ketidakmampuanku.
Sebenarnya semenjak tinggal di asrama sikap nya mulai berubah. Senyum di wajahnya mulai kembali. Meskipun sedikit ia mulai mau bercerita. Aku yang tadinya menentang keputusan ayahnya mengirim ke asrama pun jadi ikut gembira. Mungkin ini pilihan terbaik. Toh gadis kecilku bahagia meskipun harus tinggal jauh dari ku.
Karena terlalu abai, aku pun jadi kurang perhatian padanya. Ia yang memang pendiam tak banyak mengeluh dengan kehidupan barunya. Aku merasa damai. Tapi ternyata itu semua bagai bom waktu. Akhir Desember 2021 saat libur sekolahnya, wajahnya sudah sedikit membengkak di bagian mata dan hidung. Ia bilang itu tak apa-apa, tak sakit. Aku hanya mengoleskan madu. Kebetulan muncul bintik-bintik gudik. Oh, ternyata sakit gatal yang biasa dialami teman-teman nya, pikir ku begitu. Selama seminggu kupinta ia tetap di rumah dan minum habbatussauda agar sembuh. Dan memang bengkak dan gatalnya sembuh.
Ku kira itu sudah berakhir. Ternyata tidak. Masalah utama dan sebabnya belum ketemu. Maka kondisinya memburuk dari sebelumnya. Tanggal 10 Februari ia pulang untuk berlibur 2 hari seperti biasanya. Saat itu hujan deras dan dingin. Maria pulang dengan bengkak di wajah, leher, dan kaki nya. Batuk yang kukira hanya batuk flu biasa tapi malah makin parah disertai sesak nafas. Semalaman ia tidak bisa tidur dan menangis karena nafasnya sesak. Aku pun kebingungan sembari memeluk bayi kecil yang tidak bisa ditinggal. Ayahnya lah yang hanya bisa menemaninya terjaga karena sakit yang ia derita.
Setelah esok datang, ia baru bilang berhari-hari dadanya sakit saat hendak tidur dan sholat. Aku tercengang. Rasanya bulan lalu ia tak mengeluh begini. Berarti ini belum sebulan ia alami. Sedang bengkaknya yang parah mengarah ke gangguan ginjal. Dan dugaan itu semakin kuat manakala ia bilang ke bidan langganan kami bahwa kencingnya berwarna merah pekat seperti warna teh.
Sebelum memutuskan ke spesialis anak, ku coba meminumkan air kelapa selama dua hari. Meskipun melakukan uji coba dalam kasus kesehatan anak itu tidak baik tapi ternyata air kelapa itu manjur untuk menghilangkan bengkak dan menghidrasi tubuhnya. Paginya badannya panas tinggi. Aku jadi bertanya-tanya, apa itu sebab air kelapa. Kami segera membawanya periksa ke dokter anak rekomendasi bidan kami. Berharap mendapat pencerahan atas keadaan nya. Sayangnya aku tidak beruntung. Berharap mendapat edukasi malah dimaki-maki. Dalam seluruh kalimatnya pun penuh diskriminasi karena aku ibunya, aku lah yang pantas disalahkan. Aku pun terdiam. Tidak ada gunanya mendebat dan menjelaskan bahwa aku tidak seharusnya disalahkan. Tapi dalam tangis aku menyerah pada ego, aku memang punya andil dalam sebab sakitnya. Bukan hanya dokter itu, semua orang pasti akan menyalahkan ku sebagai ibu yang tidak bisa merawat anaknya.
Kami pulang dengan membawa lelah dan tangis. Meskipun sakit parunya belum dipastikan dengan rontgen, hatiku sudah bergemuruh duka. Ada rasa sedih, marah ,kecewa. Rasanya aku ingin marah pada ayahnya maria karena membuatnya tinggal di asrama padahal ia belum mampu hidup mandiri. Tapi ku telan amarah itu. Ku lihat wajah pak bojo yang lelah dan susah. Meski ia tak menangis tapi pasti hatinya sedih, dan bingung sama seperti ku. Menyalahkannya hanya akan membuat keadaan menjadi semakin sulit. Dan aku hanya bisa memeluknya, menumpahkan tangisku sambil berharap hasil rontgen esok hari akan berbeda.
Friday, February 18, 2022
Perempuan Selalu Benar?
Wednesday, February 9, 2022
Sarimbit
Saturday, February 5, 2022
Pernikahan dan Kemubadziran
Thursday, January 27, 2022
Jodoh
Tuesday, January 25, 2022
Modus Penipuan kah?
Wednesday, January 19, 2022
Minat dan Bakat
Saturday, January 15, 2022
Dakwah Melalui Youtube
Saturday, January 8, 2022
Layangan Putus
Layangan putus akhir-akhir menjadi perbincangan banyak orang. sebuah film yang diadaptasi dari novel dengan judul yang sama. drama tersebut mengisahkan rumah tangga yang kandas akibat orang kedua. Saya agak menyayangkan adegan-adegan vulgar dari drama tersebut. Tapi tidak sepenuhnya salah karena drama ini tentang kehidupan pernikahan, tentu sasarannya adalah emak-emak. Meskipun saya hanya menonton cuplikan dramanya, tapi saya dapat melihat betapa apiknya akting para pemain.
Namun saya bukan penonton setia meskipun termasuk fans Reza. Untuk jalan ceritanya saya hanya melihat sekilas dari postingan orang-orang. Meskipun drama ini jadi perbincangan hangat di tengah naiknya harga minyak yang melambung tinggi. Saya masih enggan menonton full. Bagi saya akting Reza Rahadian selalu menggugah hati. Agaknya bisa membuat kebaperan saya meningkat tajam. Alih-alih terhibur malah merusak mood di rumah. Selain itu, banyak yang dirubah dari isi novelnya. Seperti profil mas Aris dan Kinan yang lebih agamis tapi tidak digambarkan seperti itu dalam drama. Juga perilaku kumpul kebo Aris dengan Lidya yang tentu tidak sama dengan novel aslinya.
Saya tidak hendak menyalahkan jalan cerita yang diubah. Hanya secara pribadi jadi kehilangan perasaan yang mendalam dari isi novel yang pernah saya baca. Saat membaca cerita aslinya, saya ikut menangis karena bisa merasakan isi hati penulis. Mungkin karena novelnya berdasarkan kisah nyata, maka ada luka yang disematkan dalam setiap jalan cerita.
"Kehidupan pernikahan tidak selalu indah"
Itu salah satu pelajaran yang bisa dipetik. Suka nya banyak tapi duka nya juga tak kalah banyak. Maka kita harus selalu siap menghadapi problematika dalam rumah tangga. Aris dalam kisah nyata yang mempoligami Kinan tentu tak bisa dianggap sepenuhnya salah. karena poligami itu halal. Hanya saja poligami seharusnya bukan hal yang digampangkan para pria. Apalagi sampai meruntuhkan pernikahan yang pertama. Harusnya kehidupan yang dibina diawal masih langgeng tapi malah jadi tercerai berai. Dan lagi-lagi anak yang menjadi korban keegoisan orang tua. Itu menandakan Aris sebagai pemimpin telah gagal. Ia benar-benar menjadi contoh bahwa poligami tidak sepatutnya dilakukan dan telah disalahgunakan.
Friday, January 7, 2022
Tiktok Bermanfaat kah?
Monday, January 3, 2022
Selisih Ongkir Shopee
About Me
- Aisyah
- aku ingin berenang bebas di lautan penciptaan-Nya
Popular Posts
-
Bagi seorang bayi, segala hal kecil bisa tampak menarik. Hanya melihat plastik yang bersuara saat di remas saja, ia seperti menemukan harta...
-
Menemani mariyah belajar bukan hanya tentang ABC atau 123, kadang kami mengenal warna, nama benda, nama anggota badan, bermain peran, dsb. ...
-
Cuaca terang setelah hujan seminggu. Dengan riang nya Mariyah berlarian di sekitar rumah. "Alhamdulillah gak hujan ya Allah." K...
-
Beberapa hari ini entah kenapa saat sholat banyak pikiran yang terlintas. Kadang potongan adegan yang ku tonton. Kadang pula terlintas apa y...
-
Tak terasa setahun telah berlalu begitu saja. Padahal rasanya baru kemarin aku melihatmu terbaring lunglai tak sadarkan diri. Kupikir saat i...
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpnC1Ufc0aoJuSzcsWPLaSxFSdeWFfuwKRLwIUm8T3ZpgS_RgIGOs2drULmQ00ed8vobI6kWvP6FeTpTwlYBjS3yebcd82wJwYFtUlhrTOzMSERwmBt8XB81K0T08PJaXjzcoh5fDt41E/s231/logo-iip.jpg)