Friday, February 18, 2022

Perempuan Selalu Benar?

Perempuan Selalu benar?

Ah tak mungkin. Setauku perempuan itu selalu salah !!


Di mata banyak orang anak perempuan yang terlahir tidak cantik, tidak manis, tidak imut  adalah sebuah kesalahan. Bahkan di masa lampau melahirkan seorang anak perempuan adalah kesalahan besar bagi seorang ibu.


Saat memasuki masa remaja, perempuan akan selalu salah jika ia tak berperilaku anggun dan berprestasi. Maka banyak orang akan menilai betapa salahnya ia. Saat menuju dewasa,  usianya akan menarik perhatian orang. Apakah segera mendapat jodoh atau jadi perawan tua. Jika jodohnya jelek, ia akan disalahkan karena tak mampu memilih. Jika beruntung mendapat yang tampan dan baik, ia akan dipandang tak pantas bersanding.


Sungguh perempuan itu selalu salah. Ketika telah menjadi ibu, ia akan selalu disalahkan atas keadaan anak-anak nya. Komentar negatif silih berganti. Dimulai dari lahiran normal atau sesar. Menyusui dengan asi atau susu formula. bayi terlahir gemuk atau kurus. Semua adalah kesalahan perempuan. Tak pandai memasak, tak pandai berdandan, tak pandai mengurus rumah menjadi sederet panjang kesalahan yang selalu diperbincangkan.


Semua mata , mulut , jari para pendengki tertuju pada perempuan. Ironisnya cacian itu berasal dari sesamanya. Dicaci, dihina, dikritik adalah rangkaian rasa sakit yang mesti ia terima. Tak boleh lemah, tak boleh sakit. Karena hinaan akan semakin datang bertubi-tubi. Begitulah beratnya menjadi perempuan.


Akupun merasakan hal yang sama. Pun sering mendengar cerita pilunya para perempuan yang terluka. Saat berbuat baik tak dianggap. Berbuat salah akan dicap buruk selamanya. Ketika mendapat suami yang tak tepat, seorang perempuan akan dianggap bodoh karena kekeliruannya. Saat hamil segala hal adat budaya akan ditekan untuk dilakukannya. Baik dari pihak mertua, tetangga, saudara bahkan ibu kandungnya sendiri menyalahkannya jika tak menurut aturan yang mereka yakini. Dan momen melahirkan akan menjadi yang terberat ia hadapi. Karena dalam kondisi sakitnya ia harus menerima segala kritik yang tak perlu, aturan yang tak menyenangkan, dan disalahkan jika tak mampu menyusui. Lalu bagaimana seorang perempuan bisa tak depresi? Jikalau segala kesalahan harus ditanggungnya sendiri.


Jadi perempuan memang berat. Musuhnya bukan hanya para laki-laki yang tak punya rasa hormat dan mengasihi. Bahkan sesama perempuan sering menusuknya berkali-kali. Saat perempuan mengalami perceraian, ia akan jadi sorotan. Ia akan dianggap tidak mampu menjaga keutuhan rumah tangga. Padahal hal itu bukan hanya tanggung jawabnya seorang. Statusnya sebagai janda akan diwaspadai, karena ditakutkan menjadi perebut suami orang.

Begitulah jadi perempuan, disudutkan, dihina, disalahkan. Dan ia jauh dari kata benar. 
Load disqus comments

0 komentar