Saturday, February 1, 2020

Ketulusan

Bagi seorang bayi, segala hal kecil bisa tampak menarik. Hanya melihat plastik yang bersuara saat di remas saja, ia seperti menemukan harta karun. Begitulah mungkin yang ada di pikiran gadis kecilku saat ini. Nafisah, usianya tinggal beberapa hari lagi genap 1 tahun. Meski masih belum tegap berjalan, ia tetap melangkah dengan semangat. Sesekali kakinya terhenti karena lelah. Kadang bola matanya terpaku pada ayam-ayam yang berlarian. Ia begitu polos dan jernih. Senyumnya teramat tulus diberikan padaku.

Sore ini tangannya terus menggenggamku agar menatihnya berjalan. Seperti hari-hari kemarin, ia tak kunjung lelah meski pundak ibunya mulai tak nyaman. Tapi ada hal unik di sore ini. Setelah beberapa langkah berjalan, kepalanya mendongak padaku. Seketika senyumnya merekah saat kutatap matanya. Mungkin ia sedang merekam kebersamaan kami. Tampak remeh bagi orang dewasa, tapi menjadi istimewa di mata anak-anak. Entah kenapa senyum manisnya teramat menyihirku. Rasa lelah sedari tadi pun tiba-tiba hilang. Ada lega dan bangga melihat tatapan penuh cinta dari putriku. 

"Sesuatu yang berasal dari hati, akan sampai ke hati"

Kalimat itu jadi terasa amat benar. Cinta dari anak-anak adalah sebuah ketulusan. Seringkali aku lupa betapa lunturnya perasaan mereka karena sikapku yang tak benar. Amarahku yang mudah meluap. Maka tak heran lambat laun hati mereka makin jauh. Padahal bukan begitu anganku sebagai seorang ibu. Hanya saja anak-anak tetaplah tak akan mengerti. Bahwa dunia orang dewasa terlalu sulit disenangi. Sehingga penat, letih menjadi begitu mudah terlempar pada si kecil yang tak bersalah. 
Meskipun begitu, alasan seperti itu tak pernah bisa dibenarkan. Karena pada kenyataannya, anak-anak adalah makhluk yang suci dari salah. Mereka adalah bukti bahwa kita orang dewasa pernah setulus itu. Walau kini tak begitu lagi.


Load disqus comments

0 komentar