Saturday, December 15, 2018

Rindu

Apa kau tau rasa nya kesepian ditengah keramaian?

Pagi tadi anak-anak itu pergi dengan gembira. Aku pun ikut gembira. Bayangan akan kebebasan terasa dekat. tak ada kerepotan, kelelahan, dan perasaan yang meletup-letup untuk beberapa jam ke depan. Tapi bayangan tetaplah bayangan, gambaran semu dari pikiran.

Satu jam pun berlalu. kegembiraan tadi mulai terasa aneh.
Tik...tok...Tik...tok..
Suara jam dinding entah kenapa terdengar begitu keras, tak seperti biasanya.  Entah kenapa buku di tangan mulai tak nikmat dibaca. Remote televisi pun hanya bisa dipencet berulang-ulang tanpa tau apa yang hendak ditonton.

Tik..tok..Tik..tok..
Jam dinding itu mungkin mulai rusak. Nyatanya waktu terasa Lambat. Ia berputar dengan suara yang mengganggu telinga.
Mungkin ini saatnya meletakkan kepala di atas bantal. Mencari mimpi indah di siang bolong. Bukankah ini keinginan banyak ibu? melepaskan lelah di atas kasur yang empuk. Tapi entah kenapa rasanya tak senyaman perkiraan. Bahkan tidur sebentar terasa melelahkan. Dan lagi-lagi jam itu berputar sangat pelan.
Tik..tok..Tik..tok..

Mungkin pikiran ku mulai kehilangan fokusnya. Apalagi sedari pagi tak ada makanan yang masuk ke mulut. Perut ini terasa penuh, dan tenggorokan ini meski kering tapi tak haus. Aneh sekali bukan?

Aku mengambil sedikit camilan agar badan tak lemas. Setengah gelas air putih juga di tangan. Tapi entah kenapa semua terasa hambar. Bahkan membuat mual.

Tiba-tiba suara gadis kecil menangis terdengar. Aku mulai gugup mencari sumber suara. Ternyata hanya anak tetangga. Ada sesuatu yang aneh. Sesuatu terasa hilang. Dan meninggalkan sesak di dada. Seperti nya aku merindukan mereka. Gadis-gadis kecilku tersayang.



#RumlitIPJepara
Read more

Sunday, November 25, 2018

Darurat Sampah Plastik

Darurat Sampah Plastik

Subuh tadi adalah jadwal rutin bersepeda dengan anak-anak. Selain olahraga kami juga bisa menikmati jalanan yang masih sepi tanpa asap knalpot. Meskipun jalan yang kami lalui ya itu-itu saja. Sehingga hal yang membuat kami hafal sekaligus miris adalah setiap jalan menuju lapangan sekolah dipenuhi sampah yang berserakan. Padahal itu adalah area tempat menuntut ilmu, tapi keberadaan sampah plastik seolah menjadi pemandangan yang biasa. Malah para siswa sekolah itu sendiri penyumbang sampah-sampah plastik di setiap jalan.

Sedih, saat menyadari bahwa sekolah hanya men-transfer ilmu dari buku tapi abai terhadap menjaga lingkungan hidup. Tapi itu bukan kesalahan mereka semata, karena mau atau tidak mau mengakui kita sebagai orang tua lah yang lalai mengajarkan pentingnya menjaga kebersihan, juga bahaya sampah plastik. Karena sedari kecil anak-anak hanya belajar tentang calistung tapi lupa belajar membersihkan rumah. Malah para orang tua sendiri lah yang melarang anaknya memegang sapu saat masih kanak-kanak. Sehingga anak-anak hanya tau bahwa bebersih bukan tugas mereka. 

Maka jangan heran saat kita membaca berita tentang seekor paus jantan yang mati dengan 5,9 kilogram sampah plastik di dalam perutnya. Meskipun belum dipastikan apakah sampah plastik itu penyebabnya atau bukan,tapi kita dapat melihat betapa mengerikannya perbuatan manusia terhadap lingkungan.
Seharusnya kita pun tak perlu menggerutu kalau setiap musim hujan sungai meluap, selokan mampet dan terjadi banjir. Karena kita sendiri lah penyebabnya. Sampah-sampah plastik itu adalah bukti bahwa kita perusak alam dan bangsa yang lalai.

#RumlitIPJepara


Read more

Saturday, November 17, 2018

Belajar Dari Animasi Brave

Me time hari ini nonton film. Enggak sengaja lihat animasi apik di televisi. Brave (2012) ini salah satu favorit saya. Ceritanya sudah hampir hafal di luar kepala. Tapi ini bukan mau membuat sinopsis film ya. Hanya mau bilang kalau ini bagus. Banyak pelajaran istimewa dari film tersebut. Sebagai seorang ibu kerap kali kita mengabaikan perasaan anak-anak saat membuat keputusan dengan alasan semua karena kita mencintai mereka. Sebagai seorang anak kita hanya  memikirkan diri sendiri dan menuntut untuk mendapat apa yang kita mau. Sehingga komunikasi itu tidak terjalin dengan baik karena kita hanya mau didengarkan dan dipahami tapi tak melakukan yang sebaliknya. Ah, jadi berkaca pada diri sendiri karena saya seorang anak yang sekaligus jadi ibu.

Setelah merasa disentil dengan pertengkaran Merida dan Ratu Elinor,ibu nya, adegan yang paling membuat saya mewek bermenit-menit adalah saat Merida melihat ibu nya tak kunjung kembali menjadi manusia. Lalu dengan berderai air mata ia mengungkapkan rasa sesal sekaligus cinta nya pada sang ibu. Kejadian Itu mirip kita di dunia nyata kan?
Saat di dekat orang tua, kita tak peduli bahkan cenderung menentang. Tapi ketika dihadapkan kenyataan pada sebuah kehilangan, kita lantas menangis tersedu menyesal dan berharap mereka kembali ke sisi.
Di dunia maya sering sekali kita menuliskan pujian untuk ibu, tentang cinta yang kita miliki tapi saat bertemu malah terjadi pertengkaran-pertengkaran yang tak ada habis nya. Lalu esok hari kita bungkus permohonan maaf dengan diam karena meyakini bahwa beliau tidak akan menyimpan benci pada kita.
Entah kenapa meminta maaf itu sangat berat. Padahal dengan satu kata saja akan banyak luka yang disembuhkan. Sehingga penyesalan tak perlu datang.

#RumlitIPJepara




Read more

Thursday, November 8, 2018

Menjadi Orang Tua Itu Tak Mudah

Teori memang tak mudah dilakukan. Beberapa kali membuka buku parenting tak membuat saya dan suami bisa meng-handle anak-anak yang sedang berebut semua benda. Dan setiap kali saya harus memejamkan mata lalu menarik nafas dalam-dalam agar tidak ada yang meledak saat salah satu dari mereka berakhir menangis.
Tapi itu bukan berarti mereka tak pandai berbagi. Bahkan untuk anak usia 5 tahun, Mariyah sangat menyayangi adik nya dan berbagi apa yang ia punya. Seperti siang tadi, saat mendapat sepotong roti coklat dari tetangga, ia pun segera berlari mencari adik nya untuk makan bersama.

Hanya saja adakalanya mereka satu sama lain tak mau mengalah dan itu lah yang membuat ibu nya hanya bisa mengacak-acak rambut di kepala. Rasanya semua yang pernah saya baca di buku menguap entah kemana. Apalagi saat menghadapi karakter Khadijah yang suka menggoda kakak nya, saya kehilangan kata-kata untuk bisa mengalihkan nya.

“Menjadi orang tua itu tidak mudah ya Bang.” kata saya berharap mendapat pencerahan dari suami. Dan sayangnya hanya dijawab dengan embusan nafas panjang.
Mungkin perasaan ini juga pernah dialami orang tua kita di masa lampau. Berbagai cara digunakan untuk mengajari dan mendidik dengan baik. Kadang ada yang pas diterapkan, kadang pula tak menghasilkan yang diharapkan. Lalu hanya bisa menguatkan diri, bahwa ini semua ikhtiar.


#RumlitIPJepara

Read more

Metode KonMari

“Bruk”
Suara tumpukan pakaian anak-anak jatuh ke lantai. Semua yang saya susun dan rapikan selama 1 jam hanya mampu bertahan 1 menit dalam lemari. Semua itu tak terjadi hanya sekali tapi berulang kali dalam beberapa tahun ini. Bosan, kesal rasanya. Maka dari itu mesti ada perubahan.
Dari situlah jadi teringat Marie Kondo, seorang konsultan berbenah. Saya mengenal nama itu dari kuliah whatsapp beberapa waktu lalu. Tapi tsunami chat grup membuat saya lupa apa isi kuliah tersebut. Parah banget ya? Terlalu bersemangat mengikuti semua kulwhap, sampai tak ada satupun ilmu yang tercantol di kepala.

Saya mulai dari awal, menonton channel “Tidy up with konmarie” via YouTube. Membaca buku best seller nya yang diterbitkan lewat penerbit Bentang dan juga belajar dari postingan-postingan via Instagram.
Tapi semua itu tak akan lengkap kalau kita tak memulai dengan praktik dong. Sehingga pertama-tama yang mesti dibenahi adalah pakaian anak-anak. Semua saya tumpahkan ke lantai seperti petunjuk dari buku “the life-changing magic of tidying up”. Anak-anak saya ajak untuk memilih apa baju ini masih ia sukai atau tidak dan mereka tampak gembira karena diajak memilah baju.

Semua nya terasa mudah. Melipat dan menyimpan nya pun tak sulit karena pakaian mereka kecil-kecil dan hanya butuh beberapa kotak kardus bekas air mineral untuk mengelompokkan nya. Dan setelah mengobservasi beberapa hari memang anak-anak mudah mengambil baju yang disukai tanpa membuat yang lain berantakan.

Disini bisa dibilang sukses. Dan kendala itu datang saat membenahi lemari saya sendiri. Ternyata tumpukan pakaian itu harus saya singkirkan dan menyisakan baju yang saya sukai dan dibutuhkan. Ada baju-baju penuh kenangan. Kebaya pernikahan yang tak mungkin dipakai lagi tapi berat disingkirkan. Dan banyak lain nya.
Setelah berhari-hari saya baru mampu memilah isi lemari. Bahkan sampai lupa ada banyak tugas di whatsapp group karena selama seminggu saya galau.

Kini saya harus mengakui bahwa Marie Kondo benar, setelah membuat lemari itu bisa bernafas, saya pun merasa lega dan bangga. Bahkan setiap hari saya meluangkan beberapa detik untuk memandangi pakaian, selimut, seprei, yang berderet di lemari.
Tapi apa semua sudah selesai? Semua sudah rapi?
Tentu belum. Masih banyak PR saya untuk berbenah. Dan ini hanya permulaan. Karena masih banyak benda sentimental yang belum tersentuh. Ada puluhan buku yang mesti saya elus-elus sebelum dipindahkan dari rak koleksi. Juga merombak dapur dan kamar yang seperti kapal pecah.
Ini tantangan saya. Dan saya yakin bisa berubah untuk melalui nya.


#OdopRumlitIPJepara
#BelajarMenulis
#Konmari
Read more

Ikuti Petunjuk Ini

“Sikat lah gigi selama 2 menit”
Petunjuk yang tertera pada wadah pasta gigi akan segera kita praktikan setelah membacanya.
*Kocok lah sebelum diminum”
Arahan dari botol yang akan kita minum itu akan segera kita ikuti tanpa protes.

Lalu saya dan suami tersenyum geli sendiri. Bukankah selama ini petunjuk dari Nabi seperti makan dengan tangan kanan, minum dengan duduk sangat mudah dikerjakan. Entah kenapa kok sering lupa, bahkan sengaja tak diikuti. Sedangkan petunjuk dari pabrik, kalau tidak dilakukan kita merasa salah, merasa kurang.

Kalau ada air kemasan yang menganjurkan minum dengan duduk misalnya. Atau memberi tambahan simbol untuk makan minum dengan duduk. Tentu akan memudahkan sebagian konsumen melakukan hal baik tanpa dirasa.
Soalnya dari kemarin Mariyah pun jadi rajin buang bungkus snack ke tempat sampah semenjak memerhatikan simbol 'buang lah di tempat sampah’ pada setiap kemasan jajan yang ia beli. Ternyata simbol itu lebih manjur daripada omelan emak nya setiap hari.



#RumlitIPJepara
Read more

Thursday, July 5, 2018

Bus Kecil

"Ummi, aku pengen beli mainan bus". Pinta Mariyah.
"Katanya uang nya mau buat haji?"
"Besok lagi nabung lagi. Ya Ummi, ya?" Rengek nya kemudian.
Saya diam. Bicara dulu dengan Abah nya. Dan beliau bersedia keluar untuk mencari mainan yang diminta. Tapi sebelumnya saya tunjukkan pada Mariyah bahwa dana pembelian diambil dari buku tabungannya. Mariyah setuju, Khadijah juga ikut-ikutan ingin membeli bus kecil. 
Jadi mereka selain belajar menyimpan uang juga perlu mengerti catatan pengeluaran untuk belanja sesuatu.

Mariyah tampak gembira sekali saat bus nya datang. Kami memang jarang membelikan mainan karena anak-anak seringkali beli hanya untuk keinginan yang sebentar lalu bosan segera bosan. Maka kami batasi belanja mainan. Seringkali saya hanya mengajak menggambar, bermain bola, petak umpet, dan membaca. Semuanya semata-mata agar Mariyah dan Khadijah paham bahwa tak semuanya mesti dibeli.


#Day2
#Tantangan10Hari
#Level8
#KuliahBunsayIIP
#RejekiItuPastiKemuliaanYangDicari
#CerdasFinansial



Read more

Thursday, June 28, 2018

Buku Tabungan

Tema bulan ini Cerdas finansial sejak dini. Pas sekali momen nya hari ini Mariyah ikut mengantar Mbah nya untuk manasik haji. Alhasil pulang-pulang banyak sekali pertanyaan yang ia lontarkan seputar apa itu haji, di mana tempatnya, jauh atau tidak, dsb.
Saat tau tempatnya sangat jauh dan perlu naik pesawat untuk sampai ke sana, ia pun jadi tertarik dan ingin ikut.

" Kak Mariyah boleh ke Makkah Mi? Kak Mariyah pingin haji kayak Mbah." Tanya nya kemudian.
"Boleh tapi Mariyah harus punya biaya untuk ke sana. Jadi kita mesti buat tabungan dulu ya."

Mariyah mengangguk setuju. Mulailah saya beli kan buku tabungan agar ia bertanggung jawab pada uang yang ia miliki. Itu juga cara saya memantau pemasukan dan pengeluaran uang jajan ia sehari-hari.





#day1
#Tantangan10Hari
#Level8
#KuliahBunsayIIP
#RejekiItuPastiKemuliaanYangDicari
#CerdasFinansial
Read more

Tuesday, June 26, 2018

Catatan Untuk 14 Syawal

Tak terasa 6 tahun sudah kami menikah. Mestinya masih 14 Syawal besok, tapi mumpung saya lagi mood nulis. Semoga besok masih mood buat catatan lagi.

Bermula tak kenal, tak saling melihat satu sama lain, kami menempuh pernikahan. Rasanya baru kemarin,ternyata sudah beberapa tahun berlalu. Masih terasa aneh kalau ingat saat itu. Saya pikir beliau tak kan mau menikah dengan perempuan yang tak mau bertemu untuk ta'aruf. Tapi nyatanya malah mengirim keluarga nya untuk melamar ke rumah. Saya terharu dalam diam karena ia tak mementingkan fisik. Sikapnya yang tenang tak ingin berkomunikasi ataupun pacaran sebelum kami menikah membuat hati saya terkesima. Dan akhirnya hari pernikahan pun tiba dengan khidmat nya.

Apa yang lebih mengharukan daripada menunggu dengan doa?!


Di tahun-tahun yang lalu, kadang saya iseng mengingatkan ulang tahun pernikahan pada mas garwo. Sambil berkhayal seperti sinetron-sinetron dapat hadiah dan sebagainya, tapi namanya juga mengkhayal. Haha.
Dulu pernah kesal juga karena ia tak begitu peduli momen itu, sehingga dalam hati sering mencibir 'gak romantis'. Tapi lambat-laun saya sadar bahwa itu bukan standar keromantisan versi mas garwo.

Setelah bersama sekian tahun dengan beliau, saya melihat letupan kecil dan sering dari perasaannya.
Beliau tak perlu mencari momen tertentu untuk romantis. Kadang menggenggam tangan saat kami duduk berdua, mencium kepala saat hendak pergi atau memijat punggung saat saya kelelahan. Semua itu benar-benar membuat hati berdebar sepanjang waktu.
Hadiah terbesar dari pernikahan ini adalah hati nya mencintai saya.

Bersambung...
Read more

Saturday, June 2, 2018

Hari Mencuci Bersama

Membiarkan anak-anak menyentuh air adalah hal yang berat bagi ibu. Takut baju mereka basah, kotor, cucian tambah banyak, dsb.
Saya pun juga merasa demikian. Tapi demi proses belajar, saya membiarkan mereka turut mencuci baju untuk membantu. Hasilnya mereka gembira dan tak lagi asing dengan tugas rumah tangga.



#day10
#gamelevel7
#semuaanakadalahbintang
#institutibuprofesional
#kelasbundasayang
Read more

Petak Umpet

Bermain bersama adalah salah satu cara untuk meningkatkan bonding dengan anak. Tapi mengikuti permainan mereka itu gampang-gampang susah. Kadang imajinasi nya bermacam-macam tapi enak nya tidak bisa mengikuti.
Alhasil sebelum mereka mengajak main peran, saya menawarkan main yang lain seperti petak umpet.
"1,2,3,4......10 saat menoleh, Khadijah  menghilang dan kami mencarinya lalu tertawa ceria bersama.



#day9
#gamelevel7
#semuaanakadalahbintang
#institutibuprofesional
#kelasbundasayang
Read more

Pasang Ayunannya Bi

Sampai lelah saya mengikuti anak-anak mondar-mandir ke rumah tetangga karena mereka ingin mencoba main ayunan disana. Ada rasa malu dan tak enak juga karena sering mampir.
Akhirnya saya mencoba bicara dengan Mariyah.
''kak, kita bisa setiap hari ke rumah orang." Kata ku tegas.
"Kan cuma sebentar Ummi." Jawab nya.
"Tapi itu ganggu orang lain, nak"

Wajahnya cemberut. Meskipun ia sadar ucapan ku benar. Sebagai ibu, aku bisa memaklumi kenapa ia tertarik dengan mainan itu. anak-anak lain sudah biasa memainkan nya di sekolah mereka, tapi tidak dengan Mariyah, ia hanya bisa memandangi ayunan itu dari balik gerbang sekolah. Pun saat ke taman bermain, ia selalu gagal mencicipi ayunan karena ada saja anak yang menaiki nya.

Tak tega rasanya melihat ia terus bersedih. Bisik-bisik ku ucapkan ide untuk membantu senyumnya kembali.
"Bilang pada Abi, pasangke ayunan Bi." Katanya memelas.

Abi nya tak segera mengabulkan keinginan Mariyah, tapi membuat perbincangan singkat denganku. Dan akhirnya bujukku membuat nya setuju.
Esok harinya kami mengambil karet ban untuk membuat ayunan di depan rumah. Sambil merelakan talk jemuran yang saya miliki.
Kedua mata anak-anak itu berbinar. Dengan ragu-ragu dan bahagianya mereka memainkan nya.


#day8
#gamelevel7
#semuaanakadalahbintang
#institutibuprofesional
#kelasbundasayang
Read more

Bola-bola Bakso

Memasak adalah kegiatan penuh tantangan dan menyenangkan. Mengolah beberapa bahan menjadi makanan yang disukai anak-anak. 
Dulu saya tidak suka masak. Tapi sejak ada bidadari-bidadari kecil di rumah yang suka sekali memasak, saya jadi perlu mencatatkan resep-resep untuk kami bertiga coba. Seperti hari ini, kami habiskan dengan membuat bola-bola Bakso. Dari menggiling daging, mencampur bahan, semua di lakukan penuh semangat oleh si kecil Khadijah dengan dibantu kakak nya. Saya bagian eksekusi yang panas-panas. Dan sepiring bola-bola Bakso habis dalam beberapa menit saja.
Fantastis...

#day7
#gamelevel7
#semuaanakadalahbintang
#institutibuprofesional
#kelasbundasayang

Read more

Kasih Sayang Saudara

Mariyah adalah seorang kakak. Itu saya tanamkan sejak hamil ketiga. Perasaan memiliki adik telah membuat ia menyayangi dan melindungi Khadijah dari lahir hingga kini.
Saat Khadijah jatuh atau terluka, ia akan khawatir sekali. Juga saat sengaja atau tidak, saya membuat menangis adik nya, Mariyah pun mengambek dan menegur saya. Ia pun menjadi sosok yang melindungi dan menyayangi saudaranya. Dan menjadi seorang kakak yang bisa diandalkan.


#day6
#gamelevel7
#semuaanakadalahbintang
#institutibuprofesional
#kelasbundasayang
Read more

Thursday, May 31, 2018

Memaafkan

Saat melihat wajah mu cemberut dan kecewa, hatiku ikut terluka. Senyum mu tiba-tiba bersembunyi. Bola mata mu berkaca-kaca. Kau pasti sudah hafal bahwa ibu mu tak mempan dengan rengekan, sehingga permintaan mu terhenti dengan mengambek.
Tak semua permintaan mu harus dituruti nak. Kata ku dalam hati menguatkan diri.

Mariyah diam beberapa saat. Setelah amarah nya mereda, ia kembali menggelayuti kaki ku.

"Maaf ya Mariyah." Pinta ku.

"Maaf kenapa ummi?"

"Tadi kak Mariyah marah sama ummi."

"Oh gak papa..gak papa.." jawab nya lagi tanpa beban.

Hati Mariyah itu lembut sekali. Ia mudah sedih tapi mudah lagi memaafkan.

#day5
#gamelevel7
#semuaanakadalahbintang
#institutibuprofesional
#kelasbundasayang
Read more

Tuesday, May 29, 2018

Mendidik Anak Itu Ikhtiyar

Beberapa bulan ini saya melakukan hal yang terus saya sesali. Awalnya saya tidak sadar kesalahan apa yang saya buat. Hal pertama yang membuat saya kaget adalah saat berusaha mengajak Mariyah bicara, dan ia malah lari ke rumah temannya. Itu bukan pemandangan yang asing. Saya sering melihat teman nya yang berusia 6 tahun melakukan itu saat ibu nya meneriaki untuk pulang atau mandi. Ia mulai meniru tanpa saya sadar.

Juga saat ia diam-diam jajan dipinggir jalan dengan teman-teman nya. Entah bagaimana mengajak ia bicara karena ia seringkali lari kalau ditanya. Belum lagi Mariyah terus merengek meminta ponsel karena teman sepermainan nya selalu membawa smartphone ke rumah kami.

Saya sempat kebingungan dan berakhir dengan menangis. Kegagalan saya membangun komunikasi hampir membuat saya ragu, apa pilihan untuk homeschooling itu tepat? Tapi beruntung suami masih menguatkan.

"Mendidik anak itu ikhtiar, hasilnya serahkan pada Yang Maha Kuasa." Katanya berusaha menenangkan.
Saya malah tambah mewek mendengar ia bicara begitu. Masalahnya apa ikhtiar saya sudah maksimal sehingga bisa pasrah begitu saja?
Saat menyampaikan permasalahan ini pada teman-teman pun tak ada solusi pasti. Meskipun begitu mereka tetap menjadi tempat saya belajar untuk tidak menyerah dalam membersamai anak.

Saya mulai mengeluh pada ibu, dan beliau sebaik-baiknya penasihat.
"Didoakan, dibacakan Fatihah, sholawat, minta sama Maha Melindungi." Tutur nya. Rasanya jadi malu sendiri. Pasalnya saya terlalu sombong, sudah merasa belajar parenting, sehingga lalai meminta pada Pencipta.
Dititik itu saya memasrahkan hati. Bantu ikhtiar ini ya Rabb, batin saya.

Beberapa hari kemudian kakak perempuan saya ke rumah dengan anak laki-lakinya. Mereka begitu akrab bermain seperti sama-sama anak kecil. Hal itu menarik untuk saya tanyakan, bagaimana ia begitu dekat dengan putranya. Ia bilang bahwa mereka sering main bersama, bahkan kakak pun bermain dengan teman-teman putra nya. Sehingga ia juga dekat dengan mereka.
Plak.
Rasanya seperti ditampar. Beberapa bulan ini saya memang sok sibuk dengan usaha baru. Dan  membiarkan mereka main sendiri. Bahkan saat Mariyah Khadijah mengajak main, saya minta mereka main dengan teman-teman saja.
Memang sejatinya ibu nya ini yang salah. Terputusnya komunikasi karena mereka merasa diabaikan.

Akhirnya saya mulai dengan meminta maaf saat mereka hendak tidur. Kemudian mengajak mereka jalan-jalan, bermain bersama. Awalnya masih sulit. Tapi lambat laun Mariyah kembali bercerita dan bertanya ini itu. Dan mendengarkan alasan kenapa mereka tidak boleh jajan, atau bermain gadget.

Sejak itu saya sadar, bermain bersama dengan anak-anak bukan hanya tentang menumbuhkan kecerdasan nya tapi sebagai ungkapan bahwa saya sangat mencintai dan ingin dekat dengan mereka.


Teruntuk yang tercinta, Mariyah dan Khadijah. Saat kalian nanti membaca ini,  Maafkan ibu yang tidak sempurna dan belum dewasa.
Read more

Olahraga Untuk Semangat

Bulan puasa ini, saya jadi punya kesempatan bersepeda dengan anak-anak di pagi hari. Biasanya saya bangun tepat saat subuh tapi karena puasa jadi bisa lebih awal. Juga bisa mengerjakan hal-hal di rumah lebih pagi. Jadi saya usahakan olahraga dengan mereka.

Semua kegiatan selalu membuat mereka gembira. Sok sibuknya saya lah yang kerap membuat mereka kehilangan kegembiraan itu. Jadi untuk bulan ini saya usahakan menemani mereka jalan-jalan dan olahraga agar mereka tak bosan di rumah sehingga mereka terus semangat disampingnya saya.


#day4
#gamelevel7
#semuaanakadalahbintang
#institutibuprofesional
#kelasbundasayang
Read more

Saling Mengasihi

Anak-anak memiliki hati yang suci. Segala sifat baik mereka miliki. Salah satunya adalah senang berbagi. Itu yang sering saya lihat saat membersamai Khadijah dan Mariyah.

Saat si kakak memiliki sedikit makanan, ia akan mencari adik nya untuk berbagi. Begitu pun dengan Khadijah. Ia akan segera berlari memanggil kakak nya saat ia memiliki sesuatu. Dan kerap kali mereka akan saling menyuapi satu sama lain.

Perasaan saling mengasihi mereka membuat saya terharu sepanjang waktu. Sungguh hati mereka begitu indah. Meskipun teejate pertengkaran kecil, tapi mereka selalu memaafkan.



#day3
#gamelevel7
#semuaanakadalahbintang
#institutibuprofesional
#kelasbundasayang
Read more

Saturday, May 26, 2018

Membungkus Paket Buku

Saat abinya anak-anak bungkus paket, Khadijah lah yang paling senang membantu. Kadang bantu nempel isolatip , kadang bantu gunting kertas untuk alamat. Sudah macam asisten pribadi nya si bapak saja.
Kalau Mariyah hanya senang memperhatikan. Bermain-main sendiri, kadang lebih suka tanya-tanya isi, atau berhitung berapa buku yang hendak dibungkus.





#day2
#gamelevel7
#semuaanakadalahbintang
#institutibuprofesional
#kelasbundasayang
Read more

Monday, May 21, 2018

Masak cilok

Selama beberapa hari ini Mariyah tidak mau mendengar nasihat. Banyak hal yang ia lakukan tidak sesuai dengan aturan keluarga. Setelah beberapa waktu berkonsultasi dengan teman-teman, saya menemukan kesimpulan bahwa kami butuh main bersama untuk mempererat bonding.

Memang sebulan ini saya sibuk dengan diri sendiri. Dan Mariyah sudah memiliki teman main disekitar. Sehingga saya acuh tak acuh untuk bermain bersama.

Untuk memulai kegiatan bersama lagi saya mengajak ia membuat cemilan cilok goreng dengan kecap. Sambil mengingatkan ia bahwa saat bulan puasa Mariyah dan Khadijah tidak boleh makan di luar rumah untuk menghormati orang yang berpuasa.

Memasak memang sesuatu yang mereka berdua gemari. Dari mencampur bahan, membentuk adonan lalu memasak nya ke dalam panci. Satu persatu runut dilakukan. Dan lahap dimakan saat sudah matang.


 


#day1
#gamelevel7
#semuaanakadalahbintang
#institutibuprofesional
#kelasbundasayang

Read more

Tuesday, April 10, 2018

Kesepakatan Waktu

Membagi waktu anak-anak dengan gadget adalah tantangan emak-emak jaman now. Sulit memang tapi harus dihadapi dengan tenang. Kerapkali ada luapan-luapan tangis dari anak yang membuat ibu nya miris. Bahkan ada drama guling-guling di lantai yang kadang membuat si ibu kalah memegang prinsip.

Anak-anak memang makhluk cerdas. Mereka bisa menggunakan berbagai cara untuk mencapai yang diinginkan.

Saya pun pernah kalah dengan drama anak-anak yang penuh air mata. Hish..
Tapi akhirnya saya pun belajar membatasi jam menonton televisi. Sebelum menghidupkan tv, kami membuat kesepakatan.
"Nak, ini jam 8, jam 9 harus sudah dimatiin tv nya lho."
"Iya Mi." Jawab Mariyah. Kalau Khadijah hanya mengangguk-angguk dengan semangat.

Lima menit sebelum jam 9 saya ingat kan lagi. Khadijah sudah lari-lari karena memang belum candu. Mariyah mulai cemberut. Dan tepat jam 9 bibir nya ditarik ke bawah.
Saya hanya melihat nya tanpa bilang apa-apa. Meski sudah dilakukan setiap hari, Mariyah masih berat meninggalkan TV dengan sukarela. Meskipun Padahal akhirnya ia lari keluar menerima kesepakatan yang kami buat.


#day5
#Tantangan10hari
#Level6
#KuliahBunsayIIP
#ILoveMath
#MathAroundUs
Read more

Sunday, April 8, 2018

Suka Kerja?

"Abi kok suka kerja sih?"
Tiba-tiba Mariyah tanya serius ke abinya.
"Kata siapa? Abi itu gak suka kerja, tapi nyari uang."

Mariyah tampak serius berpikir, mencerna apa yang dikatakan ayah nya. Di belakang Abi ada kang Hilmy yang bekerja di jasa pengiriman yang kami buka di rumah.

"Kang Hilmy kok seneng kerja?"
"Dia juga gak seneng kerja, cuma nyari uang kayak Abi." Jawab ayah nya Mariyah lagi.

Tampak kang Hilmi jadi senyum-senyum mendengar kepolosan Mariyah. Sedang gadis kecil itu berpikir dengan serius jawaban ayah nya.

Saya bingung juga sih, apa jawaban semacam itu cocok dengan usia Mariyah atau tidak. Tapi ayahnya hanya ingin mengubah pola pikir yang bisa menjebak anak nya tentang 'kebutuhan' akan pekerjaan.


#day4
#Tantangan10hari
#Level6
#KuliahBunsayIIP
#ILoveMath
#MathAroundUs

Read more

Melompat

Kemaren si bapak baru membeli beberapa nampan dari plastik untuk 'kepungan' saat acara rutin di rumah. Tapi entah kenapa beli nya warna-warni. Cantik sih. Tapi langsung membuat anak-anak merasa memiliki sebagai mainan. Haha.
Ya sudah lah.

Mariyah dan Khadijah tampaknya senang sekali. Dijejer semua nampan di lantai. Mereka melompat dari satu nampan ke nampan lainnya. Gak khawatir pecah. Tapi sayang juga baru beli belum dipakai.

Segera saya arahkan untuk menghitung pada setiap lompatan. 
"Satu, dua, tiga, empat, lima, enam."
"Yey..." Seru Mariyah seperti menang lomba. Dan Khadijah pun tak mau ketinggalan melompat, berhitung dan mengenal warna.


#day3
#Tantangan10hari
#Level6
#KuliahBunsayIIP
#ILoveMath
#MathAroundUs

Read more

Thursday, April 5, 2018

Tumbas Kalih

"Ummi, aku pengen susu kedelai." Ucap Mariyah dan Khadijah yang tiba-tiba kompak meminta pada ibu nya.

"Iya."
"Tapi aku tumbas sendiri ya mi?"

Aku jadi tertawa mendengar bahasa campuran nya. Sebenarnya itu salah saya sih, pengen berbahasa Indonesia tapi mulutnya kaku karena tak biasa. Pengen berbahasa kromo, tapi kosa kata nya minim dan lagi juga karena tak biasa. Eh, anak-anak bahasa nya malah jadi campur jawa-indonesia.

Sekali lagi saya iyakan keinginan keinginan nya membeli sendiri. Seperti nya dia mau meniru teman-teman nya yang selalu beli jajan sendiri.
Entah baik atau tidak membiarkan ia belanja sendiri. Tapi tak ada salahnya mencoba hal baru kan? 

Ku ambilkan ia selembar dua ribuan, dan 2 koin lima ratusan untuk membeli dua buah susu kedelai.
"Ini uang tiga ribu. Yang satu dua ribu, dua nya lagi lima ratus ditambah lima ratus, jadi seribu."
Mariyah mengangguk-angguk, entah paham atau tidak.
"Tumbas kalih mbak, ngomong gitu ya."
Mariyah malah balik bertanya, 
"Kalih itu apa mi?"
"Kalih itu dua dalam bahasa Jawa."

Tampaknya ia paham. Mariyah segera berlari keluar disusul adik nya untuk membeli susu kedelai yang diinginkan.

#Day2
#Tantangan10hari
#Level6
#KuliahBunsayIIP
#ILoveMath
#MathAroundUs
Read more

Dibagi Dua

hari ini mariyah membeli gorengan karena lapar. Ini efek Emak nya telat masak. meski hendak melarang tapi tak tega juga melihat mereka merengak karena perut koroncongan. alhasil si bapak ambil inisiatif mencari pengganjal perut.
saat si bapak datang dengan sebungkus plastik bening,  kami meghitung berapa biji yang kami dapat.

"satu,dua, tiga, empat, lima, enam." kata mariyah menghitung satu persatu.

khadijah hanya memperhatikan kakaknya yang memegang gorengan. Saya bagikan satu persatu. mereka makan dengan lahap. Maaf kan emak yang lalai.☹️☹️☹️
Sampai hampir habis mereka makan sebungkus cakwe itu. hanya tersisa satu saja. Sebelum mereka mau memulai drama tarik menarik plastik tapi tercegah juga oleh tangan emak nya. haha

"dibagi dua ya kak? adik separuh, kak mariyah juga separuh." kata ku negosiasi si kakak.
Mariyah mengangguk. Ku pertegas lagi pada Khadijah agar sama-sama sepakat.
"Dibagi sama Kak Mariyah ya dik?"
"iyaaa" kata Khadijah dengan suara kencang.
Begitu lah pembagian jajan dengan duo kecil yang selalu heboh itu.

#Tantangan10hari
#Level6
#KuliahBunsayIIP
#ILoveMath
#MathAroundUs
Read more

Monday, April 2, 2018

Mereka Tetap lah Anak-anak

"kok minta ditemani sih, kamu kan udah gede, punya adik, bentar lagi masuk PAUD." Tegur seorang ibu pada gadis kecilnya.
Mata anak itu berkaca - kaca, menahan tangis sembari bersandar pada tembok tempat mengaji nya. Dan ibu nya meski menemani tapi tak berhenti menggerutu karena khawatir pada bayi nya di rumah.

Aku tak mengenal mereka. Tak berani berkomentar atau menegur salah satunya. Hanya berkaca pada diri sendiri, pernah kah  begitu kepada gadis-gadis kecil ku?!

Anak yang tengah menahan tangis itu usianya sekitar 3 tahun. Sedikit lebih besar dari Khadijah ku. Ia berusaha merengek pada ibu nya untuk ditemani mengaji sore. Mungkin ia sedikit ingin bermanja-manja, atau mungkin juga ada rasa cemburu pada bayi kecil yang kini jadi adik nya.
Sayangnya sang ibu terburu-buru meminta anak berusia 3 tahun itu memahami keadaan orang dewasa. Dan lupa bahwa ia masih lah anak-anak yang butuh dicintai, dan dimaklumi.

Catatan untuk diri sendiri bahwa kita tak bisa menganggap anak-anak  menjadi dewasa karena ia telah menjadi seorang kakak. Bahkan, mereka butuh diberikan pemahaman ekstra kenapa ibu nya mesti berbagi waktu dan perhatian kepada bayi kecil yang baru hadir.
Read more

Saturday, March 3, 2018

Buku Bergambar

Masih dengan cerita yang kemaren. Mariyah dan khadijah sibuk dengan teman baru. Tapi baca buku harus tetap berjalan. Yah.. Meski cuma lihat gambar. Haha

Setelah kelelahan dengan aktivitas bermain seharian. Malam adalah satu-satu nya waktu untuk kami bertiga membaca. Agar mudah saya ambil buku hewan ternak pertama ku saja deh. Salah satu buku favorit Khadijah. Karena isi nya gambar full colour. Dan karena boardbook jadi aman dari sobek-sobek. Mariyah juga cukup suka dengan buku tersebut. Pasalnya ada puzzle pada setiap halaman. Kayak nya Mariyah lagi suka sama permainan mengasah otak. Hmm...

Meskipun malam ini hanya bisa membaca 1 buku, tapi sebagai ibu saya sudah puas melihat mereka semangat saat disodorkan buku. Padahal setiap waktu isya' mereka sudah mengantuk. Tapi membaca tetap harus berlanjut. Ibarat pohon ia harus terus disiram agar tumbuh subur. Tapi yang membuat saya terkesan adalah ketertarikan dan pemahaman Mariyah terhadap gambar. Kadang setelah mengamati buku bergambar ia jadi memiliki beragam pertanyaan tentang ekspresi manusia yang marah, sedih, senang. Sering juga ia bertanya tentang hewan-hewan. Kenapa kura-kura dan siput memiliki rumah di punggung nya? Dan masih banyak lagi. Benar-benar memaksa emak nya belajar. Haha



#Day3
#GameLevel5
#Tantangan10hari
#KuliahBunsayIIP
#ForThingsToChangeIMustChangeFirst
Read more

Friday, March 2, 2018

Siap Belajar

Beberapa hari ini Mariyah dan Khadijah sibuk dengan teman baru yang sekaligus tetangga kami. Yah, rumah nya berjarak 3 rumah di belakang kami.
Saking sibuk nya mereka hanya mencari saya saat makan, minum dan ke km. Hiks..

Sedih ternyata melihat anak-anak lupa ibu nya.

Biasanya dalam sehari bisa baca 3-4 buku, ini sampai sore masih nganggur buku nya. Gak tau harus nulis apa.

"Ummi, baca buku." Tiba-tiba Mariyah dan Khadijah membawa fabel 'anak beruang belajar mandiri' dan boardbook 'animal opposites' mereka menjelang tidur.
Emak pun terharu. Tak repot emak mu ini mengajak membaca, kalian sendiri yang selalu siap belajar.

#Day2
#GameLevel5
#Tantangan10hari
#KuliahBunsayIIP
#ForThingsToChangeIMustChangeFirst

Read more

Thursday, March 1, 2018

Membuat pohon literasi

Game level 5 sudah dimulai, saat saya diskusi dengan pak bojo, beliau pun siap membuat 'family tree' sambil mengejek saya,
"Kalau dibuat lomba nanti pohonku yang paling lebat." Katanya yang saya jawab dengan tawa.
Akhirnya pencarian kertas hijau ke toko pun dilakukan, yang bertugas adalah anak-anak. Sesampainya di rumah mariyah sudah tidak sabar dengan memaksa saya menggambar.
Duh, gambar emak jelek nak.. Hiks 
Tapi dia seneng-seneng aja sih. Haha
Niat nya mau buat batang pohon nya saja, daun-daun nya ditempel setelah dia membaca. sayangnya anak-anak terlalu semangat dan menempel semua daun hijau nya.
Pohon nya langsung lebat deh... Haha
Saya tuliskan nama buku pada pohon yang tersedia. Dan dimulai Khadijah yang memilih ambil buku "Dunia Binatang". Buku cetakan lama, tapi sebagian besar gambar warna sehingga anak-anak kerap membawa nya untuk saya bacakan nama-nama binatang.


#Day1
#GameLevel5
#Tantangan10hari
#KuliahBunsayIIP
#ForThingsToChangeIMustChangeFirst


Read more

Saturday, February 17, 2018

Jalan-jalan pagi


Mengatasi jenuh dan bosan di  rumah juga bisa dengan jalan-jalan. Mumpung abi nya ada tugas mengantar orang pagi-pagi ke kudus. Jadi lah kedua bocil ku turut serta. Sekalian menghibur diri pikirku.
Sepanjang perjalanan Mariyah menengok jendela. Dengan bersemangat ia bertanya tentang pohon yang bergerak, gunung yang nampak dari jauh.Juga bertanya kenapa ada lampu merah.


#hari_10
#tantangan10hari
#gamelevel4
#gayabelajaranak
#kuliahbunsayiip
#institutibuprofesional
Read more

Balon


Menengok mbah salmah nya anak-anak adalah kegiatan rutin an. Sampai kadang mariyah mengeluh bosan karena memang di tempat beliau sepi tanpa ada suara anak-anak lain, ataupun sekedar televisi. Apalagi setelah mbah kakung meninggal november kemaren. Saya mengerti mariyah dan khadijah tak nyaman.
 pada awalnya mereka begitu semangat berangkat, tapi akhirnya timbul ogah-ogahan. Meskipun kadang saya beri jarak 2 hari tak berkunjung agar anak-anak tak jenuh, tapi tetap saja mereka enggan berangkat. mungkin mereka tak nyaman karena sepi.
Sebagai rasa terimakasih karena kesediaan mereka menemani mbah, saya belikan beberapa balon untuk menghibur bosan.
Balon-balon warna itu mereka tempel dengan isolasi sehingga menggantung di dalam rumah, sambil belajar warna merah, hijau, pink, biru.


#hari_9
#tantangan10hari
#gamelevel4
#gayabelajaranak
#kuliahbunsayiip
#institutibuprofesional
Read more

Mengenali Wajah


Seringkali Mariyah protes kenapa ia tak diajak ke acara pernikahan abi ummi nya. Piye ngajak mariyah, umi wae lagi dadi penganten, batin saya dalam hati. Haha 

Dibolak-balik tiap halaman sambil berceloteh.
"Mariyah mana? Kok gak ikut."
Entah berapa kali mesti ku jawab sama,
"Mariyah belum lahir."
"Kok foto pengantin ada anak kecil?"
"Mereka kan foto ikut ibu nya, sayang."
"Kalau Mariyah sudah lahir juga ikut foto pengantin?"
Sambil cekikikan dalam hati. Di iya kan saja. Haha.
Satu persatu wajah di foto itu diamati nya. Ada simbah, buyut, jiddah, datuk, uwak, dan ami, tamu-tamu dan teman-teman ku. Ia tetap tanyakan siapa pemilik wajah itu meskipun sudah puluhan kali dijawab.

"Ummi temen nya banyak ya. Temen sekolah?"
"Teman mondok sayang."
"Kak Mariyah juga nanti mondok. Punya banyak teman."
"Mbak kumir mana mi?" Tanya dia lagi.
Saya tunjukkan pemilik foto itu. Kumir (khumairoh) adik kelas dan satu pesantren dengan saya. Ia kerap datang ke rumah sehingga Mariyah hafal dan merasa senang setiap bertemu. Ada lagi mbak laily yang sering ia tanyakan foto nya dalam album pun sering menengok mariyah di rumah. Ia amati pemilik wajah itu, sambil mengingat mereka saat berkunjung di sini.




#hari_8
#tantangan10hari
#gamelevel4
#gayabelajaranak
#kuliahbunsayiip
#institutibuprofesional


Read more

Payung Besar

Cuaca terang setelah hujan seminggu. Dengan riang nya Mariyah berlarian di sekitar rumah.
"Alhamdulillah gak hujan ya Allah." Kata nya menengadah kan kedua tangan. Khadijah yang masih suka mengikuti kakak nya itu pun berujar sama "Alhamdulillah " dengan cadel nya yang khas. Dalam cuaca apapun sebenarnya mereka gembira, hanya saja saat hujan ummi nya lebih suka selimutan atau ngurus jemuran di rumah. Tampak nya itu menjadi sebab anak-anak berdoa agar tidak hujan.

"Ummi, aku pinjam payung ya?" Pinta Mariyah setelah puas berlarian di belakang rumah.
"Kan gak hujan nak." Elak ku.
"Aku kan pengen payungan sambil naik sepeda." Kata nya lagi.
"Emang kuat angkat? Payung nya besar lho."
"Bisa. Kak Mariyah kan kuat."

Aku tertawa mendengar nya. Ih, ini anak selalu gemesin emak nya.
Dan ia pun membuka payung itu sendiri. Memakai nya dengan hati-hati.
"Ummi, payung nya cantik." dipakai nya hampir menutup seluruh badan. Tak ketinggalan Khadijah pun mengikuti kakak nya.


#hari_7
#tantangan10hari
#gamelevel4
#gayabelajaranak
#kuliahbunsayiip
#institutibuprofesional
Read more

Monday, February 12, 2018

Munculnya Pelangi

Masih tentang hujan. Mariyah mondar mandir menunggu hujan reda. Lalu mengulang doa yang diikuti Khadijah.

"Ya Allah, semoga hujan nya berhenti."

Setelah seminggu hujan enggan berhenti, Mariyah dan Dijah mungkin bosan berada di rumah. Mereka ingin segera pergi ke rumah nenek-nenek nya. Tapi apalah daya, hujan semakin deras. Mariyah berlari menghampiri saya di rumah, mengeluh.

"Ummi, kak mariyah sudah berdoa. Kok masih hujan ?"
"Tidak semua doa langsung dikabulkan sayang, mungkin kak Mariyah harus berdoa terus menerus."
"Sudah kok." Sanggah nya.
"Kalau gitu, doa nya diganti. Saat hujan kita berdoa, Allahumma shayyiban nafi'a." Lantun saya yang diikuti oleh anak-anak.

Karena tak tega akhirnya saya paksakan diri mengajak abi nya pergi menemani anak-anak keluar di tengah hujan. Mariyah menyambut gembira. Khadijah pun turut berlarian mengambil jilbab untuk dikenakan.

Sesampainya di rumah jiddah (nenek), hujan malah mulai reda. Hanya berjarak beberapa menit saja karena rumah kami memang tak begitu jauh.
Lah, tau gini mending nunggu bentar. 

Tiba-tiba mata Mariyah berbinar, dengan sumringah memanggil saya dari dekat jendela.

"Ummi... Ummi... Ada pelangi. Cantik ya mi, warna-warni."
 Saya tersenyum mengiyakan.

"Ummi, pelangi kok muncul setelah hujan?" sambung nya lagi.

Sambil menelan ludah, otak saya mencerna jawaban yang bisa diberikan.

"Jadi, saat hujan nya tinggal sedikit/ gerimis, dan matahari bersinar, maka cahaya matahari yang menembus hujan dibiaskan/ dibelokkan sehingga kelihatan warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu."
Duh jawaban sebisa nya nih. Mariyah hanya manggut-manggut, entah paham atau tidak.

#hari_6
#tantangan10hari
#gamelevel4
#gayabelajaranak
#kuliahbunsayiip
#institutibuprofesional

Read more

Sunday, February 11, 2018

Tentang Rizki

ومن يتق الله يجعل له مخرجا  . ويرزقه من حيث لا يحتسب . و من يتوكل على الله فهو حسبه
Artinya:”Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya (Ath Thalaq : 2,3)

Ini ayat ampuh yang kerap dibunyikan abah saat saya di pesantren agar nerimo dikasih sangu mepet. Haha

Sejenak saya tergelak memikirkan rentetan kejadian hari ini. Setelah berpusing -pusing ria memikirkan anak orang, tiba-tiba ada yang memikirkan (rizki) saya.

Jadi ingat status facebook emak-emak yang dibully karena membuat rincian pengeluaran yang sangat minim (bagi sebagian orang ) sedangkan pemasukan 2,5 juta.
Ada beberapa komentar yang nyinyir dan tak setuju. Salah satu nya bilang "gula 1kg/bulan? Gula nya mungkin dijilat."

Duh, kalau saya yg nulis rincian, mungkin banyak yang lebih nyinyir. misal nya, gula bagi saya masuk dalam dana darurat.

Kok bisa? emang gak minum kopi, teh atau masak? Ya iyalah bisa.
Kadang dapat dari tetangga, dari teman, atau dikasih ibu, budhe tepat saat hampir habis. Dan itu salah satu rizki dari arah yang tak disangka-sangka.

Ada yang lagi yang komentar soal pospak. Itu juga bagi saya dana darurat. Karena dari anak pertama, saya memilih clodi /popok kain. Sehingga sampai anak kedua pun pemakaian pospak hanya saat clodi belum kering.
Dan masih banyak contoh lainnya yang tak perlu ditulis. Karena tentu apa yang saya butuhkan tak sama dengan orang lain.

Dan Maha Benar Allah yang pasti mencukupi kebutuhan kita. Sehingga apa perlu membandingkan kebutuhan hidup kita dengan orang lain?

Ini kebutuhan lho, bukan keinginan yang jumlahnya tak terbatas.

Kembali ke orang yang memikirkan rizki saya.
Ia memberikan saran untuk usaha ini itu, juga membuat tabungan karena tak ada yang tau kapan umur berakhir. Dia terheran, apa cukup jualan buku dengan stock yang tak banyak dan (menurut dia) tak menarik. Sambil membandingkan dirinya yang punya banyak kesiapan menghadapi masa depan.

Saya melongo dibandingkan dan dikhawatirkan oleh teman sendiri.
Kemudian tertawa karena sudut pandang kami tentang rizki berbeda.

Bagi saya, rizki itu sudah dijamin, dan ilmu lah yang wajib dicari.
Jadi kenapa mesti khawatir kekurangan harta (dunia) ?
Sambil mengamini kalimat pak bojo tempo hari.
"Dunia itu berpindah-pindah, tak perlu lah memasukkannya dalam hati"
( ah, sebenarnya itu kalimat sindiran karena saya pengen hape baru) haha.

Read more