Darurat Sampah Plastik
Subuh tadi adalah jadwal rutin bersepeda dengan anak-anak. Selain olahraga kami juga bisa menikmati jalanan yang masih sepi tanpa asap knalpot. Meskipun jalan yang kami lalui ya itu-itu saja. Sehingga hal yang membuat kami hafal sekaligus miris adalah setiap jalan menuju lapangan sekolah dipenuhi sampah yang berserakan. Padahal itu adalah area tempat menuntut ilmu, tapi keberadaan sampah plastik seolah menjadi pemandangan yang biasa. Malah para siswa sekolah itu sendiri penyumbang sampah-sampah plastik di setiap jalan.
Sedih, saat menyadari bahwa sekolah hanya men-transfer ilmu dari buku tapi abai terhadap menjaga lingkungan hidup. Tapi itu bukan kesalahan mereka semata, karena mau atau tidak mau mengakui kita sebagai orang tua lah yang lalai mengajarkan pentingnya menjaga kebersihan, juga bahaya sampah plastik. Karena sedari kecil anak-anak hanya belajar tentang calistung tapi lupa belajar membersihkan rumah. Malah para orang tua sendiri lah yang melarang anaknya memegang sapu saat masih kanak-kanak. Sehingga anak-anak hanya tau bahwa bebersih bukan tugas mereka.
Maka jangan heran saat kita membaca berita tentang seekor paus jantan yang mati dengan 5,9 kilogram sampah plastik di dalam perutnya. Meskipun belum dipastikan apakah sampah plastik itu penyebabnya atau bukan,tapi kita dapat melihat betapa mengerikannya perbuatan manusia terhadap lingkungan.
Seharusnya kita pun tak perlu menggerutu kalau setiap musim hujan sungai meluap, selokan mampet dan terjadi banjir. Karena kita sendiri lah penyebabnya. Sampah-sampah plastik itu adalah bukti bahwa kita perusak alam dan bangsa yang lalai.
#RumlitIPJepara
0 komentar