Saturday, November 17, 2018

Belajar Dari Animasi Brave

Me time hari ini nonton film. Enggak sengaja lihat animasi apik di televisi. Brave (2012) ini salah satu favorit saya. Ceritanya sudah hampir hafal di luar kepala. Tapi ini bukan mau membuat sinopsis film ya. Hanya mau bilang kalau ini bagus. Banyak pelajaran istimewa dari film tersebut. Sebagai seorang ibu kerap kali kita mengabaikan perasaan anak-anak saat membuat keputusan dengan alasan semua karena kita mencintai mereka. Sebagai seorang anak kita hanya  memikirkan diri sendiri dan menuntut untuk mendapat apa yang kita mau. Sehingga komunikasi itu tidak terjalin dengan baik karena kita hanya mau didengarkan dan dipahami tapi tak melakukan yang sebaliknya. Ah, jadi berkaca pada diri sendiri karena saya seorang anak yang sekaligus jadi ibu.

Setelah merasa disentil dengan pertengkaran Merida dan Ratu Elinor,ibu nya, adegan yang paling membuat saya mewek bermenit-menit adalah saat Merida melihat ibu nya tak kunjung kembali menjadi manusia. Lalu dengan berderai air mata ia mengungkapkan rasa sesal sekaligus cinta nya pada sang ibu. Kejadian Itu mirip kita di dunia nyata kan?
Saat di dekat orang tua, kita tak peduli bahkan cenderung menentang. Tapi ketika dihadapkan kenyataan pada sebuah kehilangan, kita lantas menangis tersedu menyesal dan berharap mereka kembali ke sisi.
Di dunia maya sering sekali kita menuliskan pujian untuk ibu, tentang cinta yang kita miliki tapi saat bertemu malah terjadi pertengkaran-pertengkaran yang tak ada habis nya. Lalu esok hari kita bungkus permohonan maaf dengan diam karena meyakini bahwa beliau tidak akan menyimpan benci pada kita.
Entah kenapa meminta maaf itu sangat berat. Padahal dengan satu kata saja akan banyak luka yang disembuhkan. Sehingga penyesalan tak perlu datang.

#RumlitIPJepara




Load disqus comments

0 komentar