Friday, February 25, 2022

Pemikiran Nyeleneh

Ada saja yang bikin ramai jagat media sosial. Jika dulu aku juga akan asik berkomentar dan share postingan sana sini sama seperti yang lainnya. Memang pernyataan orang yang liberal tapi menyusup ke NU itu selalu bikin kontroversi dan bikin image organisasi jadi buruk. Sebenarnya sebelum menjabat sebagai menag, orang itu sudah sering bikin pernyataan kontroversi sih. Jadi tak heran jika kalimat yang keluar dari pemikiran nya ya nyeleneh begitu. Sayangnya sudah dapat label orang NU. Padahal gambaran NU sesungguhnya ya kyai alim seperti Kiai Miftahul Akhyar, kiai Maimun Zubair (alm), dan banyak lainnya. Namun yang sering disorot malah pak Yaqut, Muwafiq yang cara berpikirnya nyeleneh.


Aku tak mungkin menulis semacam ini di media sosial. Mengingat pengalaman buruk harus diserang hate speech oleh orang yang benar-benar kenal di dunia nyata. Padahal komentarku dulu bukan menyerang organisasi, tapi memang tokoh yang dibela sebagian mereka itu mengucapkan hal tak pantas pada Nabi. Masak iya Nabi dulu dibilang rembes, mungkin juga masa kecilnya nyolong. Ucapan tak beretika semacam itu tentu membuat hati muslim marah. Padahal saat itu aku hanya mengomentari cara berpikir nya yang nyeleneh karena orang itu bilang ingin mukjizat Nabi dirasionalkan. Menurutku itu pendapat bodoh. Maka di akun facebook aku membuat sedikit postingan "karomah wali aja harus kita terima, kok mukjizat Nabi mau dirasionalkan". Begitu kurang lebih komentarku saat itu. Ternyata kalimat begitu dipandang sebagai memusuhi NU, dan sayangnya yang berpikir seperti itu teman-teman ku yang aktif di organisasi. Dan terjadilah pemutusan list pertemanan di media sosial. Aku sih yang hapus mereka. Saking gregetan nya. Mungkin kalau orang asing yang menyakiti ku, rasanya tak sesakit ini. Tapi karena mereka menjadi teman lama, tapi memusuhi ku begitu saja membuatku sulit untuk bisa menerima. 


Semenjak saat itu aku pun jarang berkomentar di media sosial kecuali hal-hal remeh. Entah kenapa kecewanya begitu dalam. Kali ini pun begitu. Mau ikut komentar, tapi takut ada war (perang). Soalnya ada dua akun yang pernah aku hapus minta pertemanan dan aku terima lagi. Dan hate speech dari salah satu nya emang bikin aku sakit hati sampai sekarang.


Mungkin bakal ada yang tanya, kenapa gak legowo dan memaafkan? sayangnya aku bukan orang sebaik itu. Pemikiran salah tentang Allah, Nabi, agama islam, adalah sesuatu hal yang harus kita tolak. Mungkin kapasitasku sebagai awam hanya bisa menolak bahwa itu salah. Maka jika ada yang membela pembawa pemikiran salah semacam itu berarti kami sudah tidak sejalur lagi. Sehingga sampai detik ini, bagiku orang-orang itu bukan temanku lagi. Karena mereka secara terang-terangan sudah menerima pemikiran buruk tentang Nabi hanya karena satu organisasi.





Read more

Thursday, February 24, 2022

Sakit Part 2

Sesungguhnya disetiap kesulitan pasti ada kemudahan. Begitulah firman Allah yang termaktub dalam surat al insyirah. Sehingga tidak pantaslah kita sebagai hamba yang beriman ragu akan kemudahan yang dijanjikanNya. Begitu pula kesulitan yang kami hadapi ini. Kami yakin esok hari akan baik-baik saja. Karena Gusti Allah menciptakan segalanya dengan pasangan, kesulitan-kemudahan, sakit-sehat, dan lain sebagainya. Maka kesedihan yang sempat mengoyak-ngoyak perasaanku perlahan sirna.


Setelah melalui malam yang membuat pikiran tidak jernih, kami mulai mencerna lagi setiap kata menyakitkan dari dokter yang kami temui. Sebenarnya ucapannya tidak salah. Anak usia dini tak sepatutnya dibiarkan hidup mandiri di asrama. Karena mereka belum bisa mengatur hidupnya, pola makannya dan menerima tekanan yang berlebih. Harusnya mereka hidup dengan keceriaan. Aku pun sejatinya berpikir begitu. Harusnya kami tak membawanya ke sana. Tapi keputusan itu datang bukan tanpa alasan darurat. Dan hal semacam itu tidak mungkin kami jelaskan kepada orang yang latar belakangnya tak sama dengan kami.

Hanya yang kami sesalkan, waktu terbuang percuma sedangkan kami tentu ingin mendapat solusi dari penyakit yang diderita anak kami. 


Setelah rembukan dengan kepala dan hati yang tenang kami akhirnya memutuskan untuk rontgen saat suhu tubuh Maria turun. Karena sejak malam hingga pagi datang panasnya masih 39⁰C. Akan berbuntut panjang jika membawanya ke RS saat ramai covid 19. Untung nya kamis pagi suhu tubuhnya normal dan ia tampak segar. Segera kami berangkat ke Kudus agar tau lebih lanjut apa diagnosa dokter tersebut benar. Sambil menunggu hasil rontgen keluar, aku dan anak-anak menyegarkan diri dengan berjalan jalan di taman. Meskipun lelah,  rasanya cukup menyenangkan. Hingga 2 jam berlalu, hasil radiology pun keluar. Meraba apa yang tertulis sekaligus bertanya kepada kenalan yang juga tenaga medis maka kesimpulan terkuat ia terkena pneumonia. Sedih hati kami. Tapi dari awal kami sudah menerima bahwa itu yang diderita, maka kami pun tak terlalu kaget. Malahan diagnosa jantung terbukti tidak ada membuat kami pun merasa bersyukur. Yah, meskipun masih berat untuk dilalui. 


Sebenarnya jauh sebelum membawanya periksa, aku yakin bisa mengobatinya. Bukan sombong atau menyepelekan tenaga medis, tapi karena aku yakin dengan sabda Nabi bahwa semua penyakit bisa sembuh dengan habbatussauda kecuali sakit yang menyebabkan kematian. Maka aku pun optimis. Apalagi berulang kali sudah ku buktikan kebenaran sabda Beliau itu. maka rasa sedih ini tak terlalu berat. Sekarang yang kubutuhkan ketelatenan dan kekuatan untuk merawat dan mengobati putriku. Setelah ikhtiar ini, berpasrah pada Allah adalah satu-satunya jalan.


Read more

Wednesday, February 23, 2022

Review Buku 32 Tanya Jawab Fiqih Hak Finansial Istri

"32 tanya Jawab Fiqih Hak Finansial Istri" buku bagus karya ustadzah Aini Aryani, Lc. Menurut ku itu buku wajib bagi para perempuan untuk dibaca dan dipahami isinya. Bahkan harusnya dibaca oleh para suami. Apalagi di tengah budaya patriarki yang masih mengakar di masyarakat. 


Beberapa kali saya temui perempuan yang mesti pontang-panting kerja menghidupi anak dan suaminya sedangkan si suami malah bersantai ria di rumah. Juga tentang betapa sulitnya kebutuhan mereka yang mana uang belanja diatur mertua. Atau seputar kehidupan semasa iddah cerai yang segera diusir suami tanpa sepeserpun uang. Dan masih banyak lagi hak-hak finansial perempuan yang tidak terpenuhi.


Kalau seandainya semasa sekolah kita dibekali pengetahuan hak-hak perempuan dalam rumah tangga, tentu suami dan istri tidak hidup dalam kengawuran. Khususnya untuk para perempuan, banyak yang hidup dalam tekanan. Padahal dalam islam, hak-hak finansial istri itu diatur sedemikian nikmatnya. Misal, kita punya hak untuk meminta dicarikan pelayan jika keuangan suami mampu untuk memenuhi. Kita bisa menuntut dibayar untuk tugas menyusui dan merawat anak, tapi tentunya akan menjadi pahala yang besar jika kita rawat setulus hati. Atau semisal uang yang kita dapat dari bekerja sebenarnya adalah hak perempuan itu secara penuh. Sebagai istri kita tidak diwajibkan ikut membayar kebutuhan rumah tangga, kebutuhan anak sekolah dan lainnya.

Hal itu murni tugas suami.


Maka kadang saat melihat perempuan harus bekerja di luar seharian, sepulang kerja masih mengurus rumah dan anak, dan gajinya digunakan memenuhi kebutuhan rumah sedang si lelaki hanya ongkang-ongkang kaki, maka lelaki semacam itu ginjalnya perlu dicubit pakai linggis. Para lelaki tersebut berusaha menjadi raja kecil dalam keluarganya. Dan menjadikan istrinya layaknya budak yang bisa diatur dan digauli. Harusnya lelaki semacam itu jangan menikah sampai ia belajar betul betul apa tugas dan kewajiban suami sebagai imam dalam rumah tangganya. Bukan malah jadi sampah masyarakat dan nantinya menghasilkan keturunan yang mengikuti jejaknya. Naudzubillah.


Read more

Monday, February 21, 2022

Sakitnya Mariyah Part 1

Beberapa hari ini suka duka membuat jantungku sesak. Menyesal, marah, sedih, Bingung bercampur aduk menjadi satu. Aku tau dan sudah menduga ada yang aneh dengan kondisinya sejak Januari lalu. Gadis 9 tahun itu hanya diam setiap kali ditanya. Ia banyak menelan ungkapan hatinya karena ibunya tak nyaman untuk diajak bicara. Ia yang dulu ceria jadi tak banyak kata. Tentu aku punya andil besar karena tak jadi tempat yang nyaman untuk berbagi. Banyak mengintimidasi, khawatir berlebih dan otoriter selama mengasuhnya. Jelas itu membuatnya berubah dari karakter aslinya.

Aku yang menyadari semua itu pun tak mudah berubah. Semua yang kulakukan padanya adalah hal yang kualami di masa kanak-kanak. Innerchild istilahnya. Tapi menjauh dari luka lama itu sulit. Dan ia serta adiknya menjadi korban ketidakmampuanku. 

Sebenarnya semenjak  tinggal di asrama sikap nya mulai berubah. Senyum di wajahnya mulai kembali. Meskipun sedikit ia mulai mau bercerita. Aku yang tadinya menentang keputusan ayahnya mengirim ke asrama pun jadi ikut gembira. Mungkin ini pilihan terbaik. Toh gadis kecilku bahagia meskipun harus tinggal jauh dari ku.


Karena terlalu abai, aku pun jadi kurang perhatian padanya. Ia yang memang pendiam tak banyak mengeluh dengan kehidupan barunya. Aku merasa damai. Tapi ternyata itu semua bagai bom waktu. Akhir Desember 2021 saat libur sekolahnya, wajahnya sudah sedikit membengkak di bagian mata dan hidung. Ia bilang itu tak apa-apa, tak sakit. Aku hanya mengoleskan madu. Kebetulan muncul bintik-bintik gudik. Oh, ternyata sakit gatal yang biasa dialami teman-teman nya, pikir ku begitu. Selama seminggu kupinta ia tetap di rumah dan minum habbatussauda agar sembuh. Dan memang bengkak dan gatalnya sembuh. 


Ku kira itu sudah berakhir. Ternyata tidak. Masalah utama dan sebabnya belum ketemu. Maka kondisinya memburuk dari sebelumnya. Tanggal 10 Februari ia pulang untuk berlibur 2 hari seperti biasanya. Saat itu hujan deras dan dingin. Maria pulang dengan bengkak di wajah, leher, dan kaki nya. Batuk yang kukira hanya batuk flu biasa tapi malah makin parah disertai sesak nafas. Semalaman ia tidak bisa tidur dan menangis karena nafasnya sesak. Aku pun kebingungan sembari memeluk bayi kecil yang tidak bisa ditinggal. Ayahnya lah yang hanya bisa menemaninya terjaga karena sakit yang ia derita.

Setelah esok datang, ia baru bilang berhari-hari dadanya sakit saat hendak tidur dan sholat. Aku tercengang. Rasanya bulan lalu ia tak mengeluh begini. Berarti ini belum sebulan ia alami. Sedang bengkaknya yang parah mengarah ke gangguan ginjal. Dan dugaan itu semakin kuat manakala ia bilang ke bidan langganan kami bahwa kencingnya berwarna merah pekat seperti warna teh.


Sebelum memutuskan ke spesialis anak, ku coba meminumkan air kelapa selama dua hari. Meskipun melakukan uji coba dalam kasus kesehatan anak itu tidak baik tapi ternyata air kelapa itu manjur untuk menghilangkan bengkak dan menghidrasi tubuhnya. Paginya badannya panas tinggi. Aku jadi bertanya-tanya, apa itu sebab air kelapa. Kami segera membawanya periksa ke dokter anak rekomendasi bidan kami. Berharap mendapat pencerahan atas keadaan nya. Sayangnya aku tidak beruntung. Berharap mendapat edukasi malah dimaki-maki. Dalam seluruh kalimatnya pun penuh diskriminasi karena aku ibunya, aku lah yang pantas disalahkan. Aku pun terdiam. Tidak ada gunanya mendebat dan menjelaskan bahwa aku tidak seharusnya disalahkan. Tapi dalam tangis aku menyerah pada ego, aku memang punya andil dalam sebab sakitnya. Bukan hanya dokter itu, semua orang pasti akan menyalahkan ku sebagai ibu yang tidak bisa merawat anaknya.

Kami pulang dengan membawa lelah dan tangis. Meskipun sakit parunya belum dipastikan dengan rontgen, hatiku sudah bergemuruh duka. Ada rasa sedih, marah ,kecewa. Rasanya aku ingin marah pada ayahnya maria karena membuatnya tinggal di asrama padahal ia belum mampu hidup mandiri. Tapi ku telan amarah itu. Ku lihat wajah pak bojo yang lelah dan susah. Meski ia tak menangis tapi pasti hatinya sedih, dan bingung sama seperti ku. Menyalahkannya hanya akan membuat keadaan menjadi semakin sulit. Dan aku hanya bisa memeluknya, menumpahkan tangisku sambil berharap hasil rontgen esok hari akan berbeda.




Read more

Friday, February 18, 2022

Perempuan Selalu Benar?

Perempuan Selalu benar?

Ah tak mungkin. Setauku perempuan itu selalu salah !!


Di mata banyak orang anak perempuan yang terlahir tidak cantik, tidak manis, tidak imut  adalah sebuah kesalahan. Bahkan di masa lampau melahirkan seorang anak perempuan adalah kesalahan besar bagi seorang ibu.


Saat memasuki masa remaja, perempuan akan selalu salah jika ia tak berperilaku anggun dan berprestasi. Maka banyak orang akan menilai betapa salahnya ia. Saat menuju dewasa,  usianya akan menarik perhatian orang. Apakah segera mendapat jodoh atau jadi perawan tua. Jika jodohnya jelek, ia akan disalahkan karena tak mampu memilih. Jika beruntung mendapat yang tampan dan baik, ia akan dipandang tak pantas bersanding.


Sungguh perempuan itu selalu salah. Ketika telah menjadi ibu, ia akan selalu disalahkan atas keadaan anak-anak nya. Komentar negatif silih berganti. Dimulai dari lahiran normal atau sesar. Menyusui dengan asi atau susu formula. bayi terlahir gemuk atau kurus. Semua adalah kesalahan perempuan. Tak pandai memasak, tak pandai berdandan, tak pandai mengurus rumah menjadi sederet panjang kesalahan yang selalu diperbincangkan.


Semua mata , mulut , jari para pendengki tertuju pada perempuan. Ironisnya cacian itu berasal dari sesamanya. Dicaci, dihina, dikritik adalah rangkaian rasa sakit yang mesti ia terima. Tak boleh lemah, tak boleh sakit. Karena hinaan akan semakin datang bertubi-tubi. Begitulah beratnya menjadi perempuan.


Akupun merasakan hal yang sama. Pun sering mendengar cerita pilunya para perempuan yang terluka. Saat berbuat baik tak dianggap. Berbuat salah akan dicap buruk selamanya. Ketika mendapat suami yang tak tepat, seorang perempuan akan dianggap bodoh karena kekeliruannya. Saat hamil segala hal adat budaya akan ditekan untuk dilakukannya. Baik dari pihak mertua, tetangga, saudara bahkan ibu kandungnya sendiri menyalahkannya jika tak menurut aturan yang mereka yakini. Dan momen melahirkan akan menjadi yang terberat ia hadapi. Karena dalam kondisi sakitnya ia harus menerima segala kritik yang tak perlu, aturan yang tak menyenangkan, dan disalahkan jika tak mampu menyusui. Lalu bagaimana seorang perempuan bisa tak depresi? Jikalau segala kesalahan harus ditanggungnya sendiri.


Jadi perempuan memang berat. Musuhnya bukan hanya para laki-laki yang tak punya rasa hormat dan mengasihi. Bahkan sesama perempuan sering menusuknya berkali-kali. Saat perempuan mengalami perceraian, ia akan jadi sorotan. Ia akan dianggap tidak mampu menjaga keutuhan rumah tangga. Padahal hal itu bukan hanya tanggung jawabnya seorang. Statusnya sebagai janda akan diwaspadai, karena ditakutkan menjadi perebut suami orang.

Begitulah jadi perempuan, disudutkan, dihina, disalahkan. Dan ia jauh dari kata benar. 
Read more

Wednesday, February 9, 2022

Sarimbit

Masuk bulan rajab ini udah sliwar sliwer gamis, jilbab, dan segala perlengkapannya. 
Para bakuler dan produsen itu emang selalu kreatif. Sukanya bikin dompet merinding dan rekening panas dingin. Jika bulan-bulan sebelumnya target gonta ganti baju cuma para emak-emak dan mbak-mbak, tapi mendekati ramadhan dan lebaran akan banyak pilihan baju couple.
Maka akan terasa tidak sah kalau kunjung keluarga gak pakai baju sarimbit. Atau minimal bisa ngusir mbak-mbak yang mau lirik bojonya yang ganteng tapi ngusirnya secara halus. Duh ternyata udah punya pasangan. Kurang lebih begitulah pikirnya.🤭

Dan tak hanya baju berpasangan, kalau sudah ada anak ya harus diajak sarimbitan. Apalagi anaknya ada 2,3, atau 4.. ben pantes mau diajak silaturrahim sambil poto-poto cantik. 
Ini kalau jalan-jalan nya cuma sehari mungkin cuma butuh 1 set baju sarimbit, tapi kalau butuh kunjung ke keluarga, para sanak sodara, tetangga, acara temu alumni, dan segala macam nya lalu di setiap acara poto-poto dan mesti diupload di medsos maka butuh ber set-set baju sarimbit. 😅
Maka tak heran meskipun semakin banyak bakul & produsen baju, tapi para pembeli itu selalu ada.

Tapi aku gak pernah sarimbitan. Bukan gak pengen. Tapi otakku sudah dikontaminasi sama adik ku semenjak ia menolak pakai baju kembar sambil bilang, "isin ah, emang kita lagi di pondok disuruh pakai seragam. Nanti kalau keluar bareng malah dikira anak panti."
 
Sebel. Tapi entah kenapa semenjak dia ngomong begitu aku juga ragu kalau lihat baju couple. Apalagi ditambah komentar emak ku waktu lihat-lihat baju di Internet dan beliau bilang,
"Nek kuwe karo anakmu nganggo klambi kembar mengko dikiro anake yusuf kabeh (kalau kamu sama anakmu pakai baju kembar nanti dikira anaknya yusuf semua)."

Jadi kalau ada baju sarimbit ya aku scroll aja, jaraaaangg banget aku lihat. Meski anak-anakku hampir tiap lebaran pakai baju kembar dengan alasan klasik 'ben gak meri'. Tapi emak bapaknya ya selalu beda-beda. Dan ternyata ini ada untungnya. Pertamaa, setiap pergi acara tidak menarik perhatian. Kedua, gak kentara kalau bajunya itu-itu aja. Dan yang paling penting, berasa pantes kumpul duduk sama anak-anak gadis. 😁

Ini nulis ngalor ngidul bukan mau curhat atau tanpa alasan. Aku lagi pusing gak punya ide buat setor tugas nulis di KLIP. Tahun 2019 lalu gak lolos. Mosok yo baru awal tahun 2022 sudah gak lolos lagi. Parah banget. 😄
Tapi tulisan gak penting ini ternyata lebih dari 300 kata, sudah cukup buat setoran. Padahal dari kemarin mau nulis dengan tema yang bobot baru 100 kata aja kepala ku udah nyut-nyutan. Jari terasa keriting meskipun ngetiknya pakai keyboard. Duh, kayaknya ada yang salah dengan isi kepalaku. Mungkin aku butuh tidur.
Read more

Saturday, February 5, 2022

Pernikahan dan Kemubadziran

Jangan menikah dengan gengsi. Begitu nasehat ku kepada pemuda 20 an itu. di masa sekarang contoh real sebuah kemubaziran yang hakiki selalu ditampilkan para selebriti. Menikah dengan kemewahan dan kemubaziran. Mereka melakukan itu seringkali dengan bantuan sponsor. Pesta megah selama berhari-hari. Dengan segala kegemerlapan dunia ditampilkan. Bagi anak muda jaman now, semua tampak indah, dan sangat menarik untuk ditiru. Menikah di gedung atau tempat yang indah seperti pantai. Pakaian pengantin yang indah. souvenir yang dibagikan tapi minim manfaat. Buat apa? hanya niru artis. kemewahan yang sia-sia.


Bagi sebagian orang yang memang dari kalangan hartawan, mungkin hal semacam itu diperlukan untuk memantaskan tamu yang akan hadir. Tapi bagi kalangan menengah kebawah yang apa-apa masih minta dirawat orang tua, itu perilaku pemborosan. Menikah hanya sehari tapi menghabiskan dana bertahun-tahun. Kita mungkin tidak bisa meniru sayyidah Fatimah dengan segala kesederhanaannya. Bahkan mas kawinnya hanya cincin besi pun ia terima. jika kita lakukan di masa kini akan dihina dan dihujat tetangga dan keluarga sekampung.Tapi kita pun tidak memerlukan pernikahan yang wah tapi hutang menumpuk seperti gunung. 


Bukan berarti menikah itu tidak boleh pesta. Tentu sangat boleh. Tapi masyarakat masa kini itu aneh. Setiap hendak melakukan acara pernikahan hutang sangat banyak dan berharap akan balik modal dari sumbangan tamu. Itu pesta nikahan apa ajang cari amal. Yang namanya walimah itu syukuran akan pernikahan yang suci. Harusnya diselenggarakan sesuai kemampuan tuan rumah. bukan bermodal hutang sana-sini yang berakhir boncos dan menyusahkan banyak pihak.


Pesta pernikahan hanya terjadi sehari, tapi kehidupan setelah pernikahan akan terjadi selamanya. Dan modal yang dibutuhkan untuk menjalani kehidupan itu lebih banyak. Jangan sampai saat acara mewah tapi pasca nikah malah tidak bisa makan. Itu namanya memilih kerusakan. Setelah menikah pasangan suami istri haruslah hidup mandiri. Cari tempat tinggal sendiri selagi orang tua memang tidak butuh untuk ditemani. Yang tadinya makan sendiri harus belanja makanan untuk berdua. Segala sandang,papan, pangan hak finansial istri akan menjadi tanggungan suami. Maka sedari dini sebelum menikah harus cerdas secara finansial. Dan tentu harus paham agama sehingga tidak salah kaprah dalam menjalani hidup.

Read more