Thursday, March 19, 2020

Belajar di Rumah

Mengisi Kegiatan libur anak kini menjadi tanggungjawab penuh orang tua. Rasanya seperti meng-homeschooling - kan anak. Tapi bisa dibilang Maria dan Khodijah sudah biasa dengan tugas harian yang saya berikan. Meskipun tidak wajib tapi saya berikan secara variatif mengingat usia mereka yang masih kecil. 

Senin 16 Februari kemarin guru mengirim jadwal harian untuk anak-anak lakukan. Beberapa saya ubah mengingat kebutuhan setiap anak itu berbeda. Tapi di saat bersamaan Maria dan Khadijah mengalami demam ringan, batuk pilek. Penyakit musiman anak-anak. Tapi tampak horor di masa kini. Pasalnya Covid 19 yang sedang ramai ini memiliki gejala yang sama dengan influenza. Sehingga tentu akan menyulitkan diri mewaspadainya. 

Setelah 2 hari, tubuh mereka mulai membaik. Bahkan aktif kembali. Meskipun batuk pileknya belum hilang dan tampak lesu, Mariah kembali dengan aktifitas yang kami rencanakan kemarin. Dari subuh bangun sholat kemudian membaca yanbua. Setelah rutinitas yang biasa di pagi hari lakukan selesai, mereka mulai menggambar dan menuntut emaknya membaca cerita. Sungguh ini akan menjadi hari-hari yang sibuk. Karena setiap waktu selama 14 hari ke depan anak-anak harus menghabiskan waktu bermanfaat dengan cara menyenangkan.



Read more

Tuesday, March 17, 2020

Bahaya Corona Terhadap Bangsa

kemarin anak-anak mulai dirumahkan. Intinya sih belajar di rumah. Meskipun lebih banyak yang memakainya untuk santai-santai. Bahkan sebagian malah jalan-jalan ke luar kota. Banyak yang masih abai dengan bahayanya virus corona ini. Meski secara statistik tingkat kematiannya rendah hanya sekitar 2% - 3% saja tapi penyebarannya sangat cepat. Bahkan banyak negara-negara maju mulai kelimpungan menghadapi virus ini. Tapi entah kenapa negara yang saya tinggal ini malah terkesan meremehkan keberadaan virus yang belum ditemukan vaksinnya. 
Memang masyarakat Indonésia banyak yang masih sulit untuk diajak hidup tertib. Padahal satu korban bisa membawa dampak pada yang lainnya. Saya masih tidak habis pikir kenapa sikap masa bodo untuk kepentingan umum begitu meluas di tengah masyarakat. Padahal dalam sebuah negara, kita adalah satu kesatuan. Maka jika ada yang sakit, yang lainnya pun akan terkena dampaknya. 

Tulisan ini bukan ketakutan akan wabah corona. Hanya bentuk keprihatinan atas sikap abai orang-orang yang berpotensi menyakiti banyak orang. Bahkan ada sebagian kelompok yang dengan sengaja mendengungkan untuk tidak mematuhi imbauan pemerintah guna meminimalisir bertambahnya penderita.

Yang menjadi kekhawatiran saya adalah jika jumlah penderita semakin banyak, sedangkan fasilitas kesehatan tidak memadai, apa yang akan terjadi dengan pasièn tersebut. Menengok keadaan Italia yang akhirnya harus memilih menyelamatkan mana pasien yang berpotensi untuk diselamatkan. Dan tentu itu akan menjadi kematian massal jika melihat fasilitas di Indonesia. Terlebih di daerah yang sulit dijangkau. 

Saya benar-benar berharap masyarakat mulai aware agar tidak virus ini tidak semakin menyebar. Apalagi banyak masyarakat kelas menengah ke bawah macam saya yang pasti akan menjadi korban, juga para lansia yang katanya banyak meninggal. Sungguh ironis jika sumberdaya manusia di negara ini hanya menyumbang Caci maki dan tak peduli keselamatan bangsa.
Foto oleh Polina Tankilevitch dari Pexels


Read more

Thursday, February 13, 2020

Maaf, aku pengecut

Maafkan aku..
begitu yang terlintas di kepalaku setiap berita tentang bullying mulai ramai beredar. Aku bukan pelaku perundingan, tapi pernah merasakan di bully. Bertahun-tahun berlalu rasa sakitnya masih ada. Kepercayaan diri yang menurun akibat hinaan yang berulang. Tapi aku bisa melewatinya. Tentu itu anugerah Yang Maha Kuasa. Hanya saja bekas nya masih terasa.
Beberapa hari ini berita tentang pelajar yang dibully teman-temannya santer di media sosial. Bukan hal baru jika sekolah menjadi gudang kasus bullying. Hanya saja media sosial di masa kini memudahkan berita semacam itu menyebar. Setiap kali membaca cerita tentang anak-anak yang dibully, aku masih tersedu saat sendirian.

Selain trauma, aku pun punya penyesalan. Dulu ada seorang teman yang menjadi korban bully. Keadaannya tentu lebih buruk daripada aku. Ayahnya pergi merantau. Ibunya punya masalah kejiwaan. Diusianya yang masih sekolah dasar. Ia pun mesti merawat ibu dan adik bayi yang baru dilahirkan. Keadaannya yang jauh dari kecukupan dan nyaman, tentu menjadi sasaran empuk pelaku perundungan. Ia sering dicemooh, diganggu dan dijauhi teman-teman sekolahnya.
Kala itu aku tak mampu membantunya. medekatinya pun aku tak sanggup. Hanya saat sepulang sekolah, aku bisa menemaninya pulang atau sekedar mengobrol sebentar. Ia kerap memelukku berterima kasih karena masih mau menjadi temannya. Tapi aku ini pengecut. Aku hanya bisa diam di depan semua orang saat ia dihina. Aku tak pernah   berani membelanya. Kini aku hanya bisa menyesal.
Maaf.. aku harap kini kau hidup dengan baik.

Photo by Naveen Annam from Pexels

Read more

Saturday, February 1, 2020

Ketulusan

Bagi seorang bayi, segala hal kecil bisa tampak menarik. Hanya melihat plastik yang bersuara saat di remas saja, ia seperti menemukan harta karun. Begitulah mungkin yang ada di pikiran gadis kecilku saat ini. Nafisah, usianya tinggal beberapa hari lagi genap 1 tahun. Meski masih belum tegap berjalan, ia tetap melangkah dengan semangat. Sesekali kakinya terhenti karena lelah. Kadang bola matanya terpaku pada ayam-ayam yang berlarian. Ia begitu polos dan jernih. Senyumnya teramat tulus diberikan padaku.

Sore ini tangannya terus menggenggamku agar menatihnya berjalan. Seperti hari-hari kemarin, ia tak kunjung lelah meski pundak ibunya mulai tak nyaman. Tapi ada hal unik di sore ini. Setelah beberapa langkah berjalan, kepalanya mendongak padaku. Seketika senyumnya merekah saat kutatap matanya. Mungkin ia sedang merekam kebersamaan kami. Tampak remeh bagi orang dewasa, tapi menjadi istimewa di mata anak-anak. Entah kenapa senyum manisnya teramat menyihirku. Rasa lelah sedari tadi pun tiba-tiba hilang. Ada lega dan bangga melihat tatapan penuh cinta dari putriku. 

"Sesuatu yang berasal dari hati, akan sampai ke hati"

Kalimat itu jadi terasa amat benar. Cinta dari anak-anak adalah sebuah ketulusan. Seringkali aku lupa betapa lunturnya perasaan mereka karena sikapku yang tak benar. Amarahku yang mudah meluap. Maka tak heran lambat laun hati mereka makin jauh. Padahal bukan begitu anganku sebagai seorang ibu. Hanya saja anak-anak tetaplah tak akan mengerti. Bahwa dunia orang dewasa terlalu sulit disenangi. Sehingga penat, letih menjadi begitu mudah terlempar pada si kecil yang tak bersalah. 
Meskipun begitu, alasan seperti itu tak pernah bisa dibenarkan. Karena pada kenyataannya, anak-anak adalah makhluk yang suci dari salah. Mereka adalah bukti bahwa kita orang dewasa pernah setulus itu. Walau kini tak begitu lagi.


Read more

Saturday, January 25, 2020

Seorang ibu tak boleh sakit


Itu bukan aturan wajib, tapi terasa seperti kewajiban. Karena ibu harus senantiasa memastikan anak-anaknya sehat maka ibu tidak boleh sakit. Tapi lelah pun tetap hadir menyapa jua. Setelah satu Minggu berkutat dengan 3 gadis kecil yang demam, tubuh ini jatuh pada titik terlemahnya. Pusing, mual, dan badan pun terasa sakit semua. Meskipun saya adalah ibu, saya tetaplah manusia yang lemah.
Pada kondisi ini, jadi teringat ibu saya. Ia begitu kuat. Tak ada kata lelah, apalagi sakit. Sebelum pagi semua masakan terhidang. Siang hari mesti membersihkan rumah dan berkutat dengan dapur. Padahal di masa beliau muda, masih harus menggunakan kayu bakar. Belum lagi kerepotannya merawat dan mendidik 7 orang anak.
Read more

Wednesday, January 22, 2020

Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat

Saya sebenarnya tidak tertarik dengan buku ini. Hanya saja insting bakul saya muncul saat melihat penjualan yang besar. Hal itu menggelitik rasa keingintahuan terhadap isinya. Meskipun biasanya buku motivasi ya isinya terlalu mbulet untuk dicerna. Saya paksakan diri membacanya. Sebenarnya belum selesai dibaca saat tulisan ini dibuat. Baru sampai bab pertama, dan sudah membuat saya ingin tertawa.
Rasanya aneh saat kita diminta untuk "Jangan Berusaha". Padahal kita hidup ya ingin menjadi atau melakukan sesuatu. Tapi sebenarnya penulis hendak mengajak kita menerima diri sendiri, agar tidak terbebani dan menjadi orang lain. Apalagi di masa kini tekanan untuk menjadi orang lain sangat besar. Bukan hanya berasal dari orang sekitar. Bahkan dari media elektronik yang kita miliki. Sehingga kita selalu merasa kurang,selalu  merasa tidak puas.

Saya tidak bisa membahas banyak isi buku ini. Karena seperti yang saya bilang, buku motivasi itu njlimet untuk dibaca. Jadi saya belum bisa melahap semua isinya. Satu-satunya buku dengan tema serupa yang pernah tuntas saya baca hanya milik Dale Carnegie. Kalau tidak salah judulnya How influence people. Entah kenapa saat itu saya doyan. Mungkin pada masa itu saya tau sakitnya dibully dan diabaikan. Makanya ingin bisa mempengaruhi orang lain, Ingin disukai. Tapi dari semua pembahasannya pun saya cuma ingat satu hal. Salah satu cara menguasai lawan bicara kita adalah mengingat nama mereka. Dan saya buruk sekali dalam hal itu.

Kembali pada karya best seller Mark Manson. Saya belum bisa mengulas apapun. Hanya menyarankan jika kamu merasa sering terbebani dengan standar orang lain seperti cantik yang begini, kaya dengan memiliki ini, atau segala hal yang membuat kamu merasa rendah diri, buku ini mungkin bisa menjadi pilihan. Tapi kamu mesti baca dengan tenang untuk benar-benar memahami isinya. Apalagi Mark sendiri membuat cerita dengan latar kehidupan sosial di sana yang tentu berbeda dengan kehidupan di sini. Belum lagi karena ini buku terjemahan, ada beberapa kalimat yang kerap tidak enak dibaca. Tapi sekilas buku ini bagus untuk dimiliki. Apalagi kita diserang virus latah. Juga media sosial yang sibuk dengan pamer. Paling tidak buku ini bisa mengalihkan diri dari postingan orang yang tidak bermanfaat.


Read more

Tuesday, January 21, 2020

Menu Sehat Bunda Cekatan

Setiap Selasa dikejar deadline bunda cekatan. Dasarnya saya yang lelet. Mau nulis apa bingung. Meski sudah naik level dari telur menjadi ulat. Tapi saya masih belum cekatan juga. Makanya dikejar-kejar deadline. Huhuhu.

Kami bebas mau belajar dari mana. Begitu kata Bu Septi dan pak Dodik. Makanya tugas ini untuk menguatkan diri bahwa apa yang kita pelajari benar-benar kita inginkan dan menyenangkan. Untuk kali ini saya pilih belajar menu sehat. Dulu sempat belajar food combining. Sebuah pola makan untuk memisahkan Karbo dengan protein hewani. Memang badan saya terasa nyaman tapi saya susah konsisten. Makanya jadi keteteran, akhirnya balik lagi makan seperti biasa. Padahal saya setahun lho sarapan buah dan memisahkan Karbo dan prot-hew. Tapi tetep ambyar.

Kali ini saya mau belajar lagi. Dengan modal buku menu sehat dari bidan Leni juga buku food combining Andang Gunawan maupun Erikar Lebang. Saya belajar makanan apa yang saya dan keluarga butuhkan. Terutama kebutuhan kalori anak-anak. Yang merepotkan adalah menghindari makanan berminyak. Meskipun minyak sawit banyak tidak sehatnya, tapi itu jadi menu termudah dan disukai keluarga. Repot juga ya. Memang merubah kebiasaan ini tidak mudah. Maka saya perlu memperluas ide menu sehat setiap hari. Beruntung jaman internet seperti sekarang semua tinggal klik. Saya jadi mudahkan dengan aplikasi Cookpad. Semu menu masakan bisa dicari. Bahkan kita pun bisa berbagi ide dan kreasi.



Read more

Thursday, January 16, 2020

Masak Nasi

"Jangan bergantung pada listrik". pesan emak saat saya hendak menikah. Apalagi soal masak-masak. Itu petuah tampak sepele tapi bermanfaat benar kalau musim hujan dan mendadak listrik mati sedangkan magic jar lupa dinyalakan. Maka proses belajar memasak nasi menjadi tantangan tersendiri sebelum melepas masa lajang. Tampaknya tidak penting, tapi karena pelatihan seperti itu membuat saya bertahan saat menghadapi hal sulit apalagi saat ada rombongan tamu yang mesti disuguhkan. Memasak dengan magic jar hanya menampung maksimal 2 kg. Tapi dengan kompor, 5kg bisa saya masak sekali saja.

Awalnya itu berat. Dari yang gosong lah, kurang air lah, bahkan jadi bubur pun pernah. Tapi memasak adalah perpaduan antara seni dan pengalaman. Maka segala rangkaian eror itu membuat saya berhasil menanak nasi dan menemukan kenikmatannya.



Read more

Wednesday, January 15, 2020

Masak dan Seni

Memasak Adalah perpaduan dari seni dan pengalaman
Entah sejak kapan memasak itu terlihat menarik. Yang teringat saat kecil, salah satu anime favorit saya adalah Master Cooking Boy karangan Etsushi Ogawa. Tokoh utamanya Liu Mao Xing, seorang bocah laki-laki yang ingin menjadi koki terhebat. Saya jadi lapar kalau lihat Mao Xing masak. Dia keren banget. Padahal itu cuma kartun. (Meskipun begitu, Mao Xing tetap tidak akan bisa menggeser Shinichi Kudo dalam hati saya) Eaaa…
Salah satu hal menarik yang saya pelajari dari manga tersebut, setelah mencicipi masakan dan ingin merasakan makanan yang lain, kita harus menetralkan lidah dengan minum air putih dahulu. Dan itu berguna sekali. Sayangnya anime tersebut tidak tayang sampai tamat. Entah kenapa. Pun tidak banyak yang ingat.

Pada 2003 muncul drama keren dari negeri ginseng yang menyuguhkan masakan lezat. Tokoh utamanya Dae Jang Geum Yang diperankan oleh Lee Young Ae. Sampai sekarang saya masih suka mengulang drama ini hanya untuk melihat suguhan lezat yang ia masak saat kontes memperebutkan posisi dayang utama dapur kerajaan. Banyak hal menarik saat Jang Geum masak. Bagaimana ia berkreasi dengan bahan seadanya. Salah satunya saat ia kehilangan tepung untuk membuat pangsit. Ia tidak kekurangan akal dan menggantinya dengan kubis atau kol. Dan tentu masih banyak hal lain yang bisa membuat perut saya kelaparan.

Saya cukup suka drama Korea Saeguk atau kerajaan. Apalagi kalau tokoh sentralnya perempuan. Mereka seringkali menggambarkan perempuan-perempuan kuat dan cerdas. Tidak seperti drama di negeri saya sendiri yang mana banyak tokoh utama perempuannya mudah ditindas, sering menangis dan butuh dikasihani. Beberapa kali saya menonton drama Korea tidak seperti itu. Apalagi yang berlatar sejarah. Seperti Dong Yi dan selir Hui Bin yang perang politik saling menjatuhkan. Atau tokoh jenius macam Jang Geum yang menguasai dunia memasak dan menjadi dokter terbaik. Dan masih banyak lainnya. 

Kembali soal masak memasak. Saya bingung juga sebenernya ini nulis apa. Mumpung lagi ada mood menulis saja. Setelah sedikit cuplikan karya seni yang berhubungan dengan memasak dari negeri tirai bambu dan negeri gingseng, saya juga mau merekomendasikan karya anak bangsa sendiri. Berhubung saya suka jalan-jalan ke Webtoon, saya menemukan komik karya Dito Satriyo. Namanya Jajan Squad. Ini keren banget. Kamu bisa nostalgia dengan jajanan jadul yang sulit ditemukan seperti es kue atau es gabus. Atau melihat makanan khas dari berbagai daerah di Indonesia macam soto Padang, rujak cingur, dan lain sebagainya. Gambarnya bagus. Idenya enggak pasaran. Jalan ceritanya juga enak dinikmati. 
Satu lagi buatan anak bangsa dengan judul Diner With Philosophy. Penciptanya A.Pradipta. Meskipun belum masuk resmi atau Webtoon official, tapi kamu bakal ketagihan dengan menu ala warung tenda seperti gado-gado, teh uwuh, dan lainnya. Banyak falsafah hidup yang dikemas apik dalam setiap cerita. Gambarnya bagus. Ide yang diusung unik. Yang pasti karya anak Indonesia harus kita dukung bersama.





Read more