Tuesday, February 6, 2024

Abahku

Tak terasa setahun telah berlalu begitu saja. Padahal rasanya baru kemarin aku melihatmu terbaring lunglai tak sadarkan diri. Kupikir saat itu kau hanya sakit sebentar, lalu sehat kembali seperti sedia kala. Kupikir semua rasa sakitmu akan mereda lalu kau akan tersenyum mencandai kami seperti biasanya. Ternyata semua tinggal lah kenangan yang hanya dengan teringat saja membuat dada terasa sesak. 

Tepat 23 Rajab 1444 H semua suka cita menguap karena harus melepaskanmu selamanya. Aku tak pernah membayangkan tak bisa melihatmu lagi Abah.. Selama setahun penuh jariku bergetar jika ingin menuliskan hari-hari terakhirmu bersama kami. Mataku terasa panas saat mendengar cerita orang-orang tentangmu. Aku rindu kau memanggiku “putri kesayanganku”.

Kematian adalah jalan yang pasti akan kita semua lalui. Tapi tak pernah kita siapkan dengan sepenuh hati. Meski begitu, aku yakin kau telah bahagia di sana. Engkau adalah orang yang baik, abahku yang luar biasa. 

Seringkali aku iri saat saudara-saudaraku bermimpi bertemu denganmu. Apakah hatiku begitu jauh dari hatimu hingga untuk melihat bayangmu saja begitu sulit? Aku hanya bisa melihatmu dalam kenangan sembari kesakitan menghadapi kenyataan.

Manusia memang makhluk lemah, menyingkirkan rasa sakit dalam hatinya sendiri saja tak bisa. Masih mengira mampu melakukan segalanya. menyingkirkan hal-hal yang bercokol di dalam pikiran saja sulit, bagaimana bisa merasa menjadi makhluk paling hebat di dunia?
Sejatinya kita harus mengakui bahwa kita hanya butiran debu di hadapan Sang Azza wa Jalla. Sehingga rasa sombong tak menguasai hati dan 

Kupasrahkan pada Rabb ku segala hidup dan matiku. berharap kelak bisa berjumpa dengan mu dengan sukacita dan bahagia. berkumpul kembali di perjumpaan tertinggi. Karena sesungguhnya kehidupan di dunia hanya sementara, maka semua hal yang terjadi akan berlalu begitu saja. 
Read more

Friday, February 10, 2023

Aku Ingin Menyimpan Fotomu

Beberapa waktu lalu seorang saudara jauh suami menghubungiku dengan urusan mendesak. Kami belum pernah bertemu ataupun mengenal tapi sudah saling mendengar tentang satu sama lain. Sebelum chat di whatsapp itu berakhir ia menanyakan, “Bagaimana aku bisa mengenalimu saat berpapasan jika foto profilmu hanya anak-anak?”
“InsyaAllah saya yang akan menyapa jika diberi kesempatan berjumpa.” jawabku singkat.

Pertanyaan tentang foto itu mengingatkanku pada tahun-tahun yang berlalu. Saat itu aku masih kelas tiga aliyah. Facebook masih menjadi tempat favorit posting semua hal salah satunya adalah foto diri. Seperti kebanyakan orang, dengan alasan menyimpan kenangan, fotoku dalam segala moment pun selalu terekspos. 
Menyenangkan. Meskipun komentar hanya datang dari teman yang duduk di bangku sebelah.

Lalu suatu hari ada sebuah inbox dari laki-laki asing itu masuk. Dari foto profil nampaknya ia sudah paruh baya. Laki-laki itu bilang “aku ingin menyimpan fotomu di komputer ku.”

Aneh. buat apa pria berumur menyimpan foto gadis yang lulus SMA saja belum. begitu pikirku. 
“Buat apa?” tanyaku singkat.
“Aku suka, foto kamu cantik.” 

Entah kenapa pujian itu malah membuatku merasa takut. Rasanya merinding. Pikiran aneh-aneh mulai muncul di kepala. Jika pujian itu datang dari anak seusiaku atau kakak tingkat, mungkin aku akan merasa bangga. Dibilang cantik kan memang menyenangkan. Tapi karena kata itu datang dari bapak-bapak yang dari antah berantah, maka aku merasa itu janggal. Apalagi ia mau menyimpan fotoku.

Sebenarnya tanpa pamit, foto kita di media sosial sangat mudah disimpan dan disalahgunakan. Dan aku baru menyadarinya setelah pesan semacam itu masuk ke messenger ku. 

Bayangkan, fotoku memakai seragam bisa mengidentifikasikan dimana sekolah dan tempatku tinggal. Foto saat berbelanja atau jalan-jalan bisa membuat orang menemukan tempat yang biasa kukunjungi. Dan banyak informasi yang bisa diperoleh hanya lewat foto.

Selain menjadi media informasi, foto juga bisa diedit oleh orang jahat, bisa dipakai coli orang yang punya kelainan atau fetish, juga dipakai untuk santet. Ya banyak lah kemungkinan buruknya. Tapi aku tidak menyangkal hal-hal baik dari foto, sebagai penyimpan kenangan misalnya. Aku hanya lebih aware.

Begitulah cuplikan cerita yang menjadi sebab satu persatu foto kuprivate. Mungkin agak terlambat, tapi lebih baik masih berusaha daripada tidak sama sekali. Kalau ada yang berpikir aku terlalu paranoid, ya…monggo lah. Toh fotoku gak penting-penting amat buat dipajang. Jadi buatku mencegah lebih baik dari show up diri yang gak perlu.

Read more

Friday, January 20, 2023

Sholat

Beberapa hari ini entah kenapa saat sholat banyak pikiran yang terlintas. Kadang potongan adegan yang ku tonton. Kadang pula terlintas apa yang sempat terlupa , juga bermacam-macam hal lainnya.

Semenjak pikiran ruwet itu mengganggu sholatku maka emosi pun ikut tidak stabil. Anak-anak lah yang kerap menjadi korban pertama karena mereka yang selalu di sekitarku.

Jadi teringat firman Allah dalam al Quran surat al Ankabut: 45:

اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad), yaitu Al Kitab (al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Allah telah menegaskan dalam firman Nya bahwa sholat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar. Karena memang saat kita fokus sholat dan mengingat Allah maka hal-hal buruk tak akan terpikirkan, apalagi sampai berbuat demikian. 

Jadi saat hati gelisah sepatutnya hal yang pertama diperiksa adalah sholatnya. Seperti hal yang sering terjadi padaku. Saat terburu-buru sholat, pikiran dan hati menjadi ruwet, mudah marah, dan semua tugas tidak tercover dengan baik. 

Selain emosi dan kehidupan yang kacau, saat sholat tak khusyu’ , semua ibadah harian seperti membaca al quran, wirid, dan lain sebagainya pun jadi malas dilakukan.

Tapi sebagaimana manusia pada umumnya, aku kerap lalai saat melaksanakan sholat. Kerap melaksanakan sholat sebagai penggugur kewajiban. Seringkali menunda-nunda hingga akhir waktu. Dan melakukannya dengan banyak pikiran yang menggangu.

Saat sadar telah melalaikan sholat, ada hati yang menyesal. Tapi esok masih saja terulang kembali. Meskipun begitu sebagai manusia penuh alpa dan dosa, aku akan terus berusaha menjalankan perintah Nya untuk sholat minimal lima waktu. Karena ibadah yang menghubungkan hamba dengan penciptanya sepanjang waktu adalah sholat. Pun juga hanya sholat lah yang diperintahkan kepada Nabi secara langsung di Arsy.
Read more

Thursday, July 7, 2022

Ulang Tahun

Selamat ulang tahun diriku sendiri. Tiba-tiba kemarin malam terbangun 5 menit sebelum jam berubah menjadi 00.00. Jadi melihat detik-detik tanggal berubah dari 6 Juli ke 7 Juli. Setelah mengucapkan selamat pada diri sendiri kok rasanya jadi ngenes. Gak ada yang ngasih ucapan atau doa selain google assist. Dalam keluargaku, hari lahir bukan hal yang mesti dirayakan. Aku pun di masa kini menerapkan pada anak-anak. Agar kelak mereka sadar bahwa setiap tahun bertambah, maka semakin tua dan semakin banyak tanggung jawab yang mesti dipikul.
 Meskipun aku yang di masa kecil kecewa dan iri melihat teman-teman dirayakan ulang tahunnya. Dan ngenesnya lagi, di sekolah tiap teman ultah, aku dan teman-teman memberi selamat dan hadiah, sedangkan saat hari lahirku selalu berbarengan dengan libur sekolah yang otomatis teman-temanku tidak ingat apalagi membawa kado. Teringat itu, ada hati kecilku yang tidak terima. Kenapa aku mesti mengingat hari lahir mereka sedang mereka tak pernah ingat padaku.  Mungkin sejak itu lah aku tak begitu peduli pada hari ulang tahun. Meskipun di pesantren beberapa orang terdekat memberi hadiah, tapi rasa kecewa di masa lampau masih membekas. Karena itu lah aku ingin anak-anak ku tak berharap hadiah di hari lahirnya. Agar kelak saat orang sekitarnya lupa, ia akan menganggap semua itu biasa saja.

gak nyangka ada satu teman yang ingat...
Read more

Thursday, April 21, 2022

Rukhsah Puasa

Beberapa waktu yang lalu seorang kenalan menulis tentang perempuan hamil dan menyusui yang mengambil rukhsah pada bulan puasa. Dalam opininya ia berpendapat bahwa harusnya perempuan hamil atau menyusui lebih mengutamakan kewajibannya pada Tuhan dan tidak mudah mengambil kemudahan dengan tidak berpuasa. Kalau lemes ya dibuat tiduran, tidak perlu ngapa-ngapain selama puasa. Itu bagian kewajiban si suami dan keluarganya yang lain membantu perempuan itu agar tetap berpuasa selama fisiknya dan bayinya baik-baik saja. Karena gak ada ceritanya perkara sunnah (pekerjaan rumah, ngurus anak,dll) mengalahkan perkara wajib.  Kurang lebih begitu poin yang ku tangkap dari postingannya.


Well, tulisannya benar-benar membuat aku gelisah. Ungkapan nya benar tapi entah kenapa terasa agak salah. Memang islam itu mudah tapi tidak boleh bermudah-mudahan. Kalau kuat ya seharusnya puasa meskipun hamil dan menyusui. Poin yang ia tulis itu benar. Hanya saja saat ia bilang 'gak ada perkara sunnah mengalahkan perkara wajib' yang memang benar tapi terasa janggal. Kenapa terasa janggal? Karena pada praktik di lapangan tidak seperti itu. Kita tidak bisa membandingkan setiap kondisi perempuan itu sama. Dan tidak semua perempuan beruntung punya suami dan keluarga yang paham agama. Paham bukan hanya sekedar tau dan pernah belajar agama tapi memang praktik dalam kehidupan sehari-harinya benar adanya.


Kita buat saja contoh, ada perempuan hamil dan karena kesulitan ekonomi ia harus ikut membantu suaminya bekerja. Tentu saat ia memilih untuk tidak berpuasa bukan karena ia menggampangkan perkara wajib tapi demi keadaan fisiknya yang memang hamil dan bisa lemah jika dibarengi puasa. Ada lagi perempuan hamil yang tinggal dengan keluarga suaminya, dan seolah menjadi pelayan dalam rumah tersebut, tentu memilih untuk mengambil rukhsah adalah kemaslahatan karena dalam kondisi tersebut tentu ia tak bisa berharap bantuan dari keluarga maupun suaminya. Di lain cerita ada perempuan hamil atau menyusui yang juga punya anak dengan jarak dekat dan ia ada di perantauan sedangkan suami bekerja dari pagi hingga malam. Tentu memilih rukhsah untuk tidak berpuasa adalah jalan keluar, bukan menggampangkan dalam beragama. Dan masih banyak kondisi tidak beruntung dari para perempuan yang tidak bisa dibandingkan.


Sungguh luar biasa sekali aturan dalam islam itu. Ada keringanan tapi tetap mengganti puasa jika kondisinya sudah mampu menjalani. Maka sebagai orang yang paham agama seharusnya faokusnya mengedukasi bahwa setelah masa hamil dan menyusui mereka harus siap mengqodho puasa yang ditinggalkan. Bukan menganggap kesulitan melaksanakan puasa yang dihadapi para perempuan itu sebagai menggampangkan agama. 


Read more

Monday, April 11, 2022

Saling Terbuka

Benarkah setelah menikah pasangan suami istri harus saling terbuka?

Jawabannya bisa iya dan tidak.

Tidak semua hal harus dikatakan dan tidak semua hal pantas disembunyikan. Kadang ada pembicaraan yang lucu dari para perempuan yang ingin tau semua hal tentang pasangannya. Pokoknya tidak boleh ada rahasia diantara kita. Tapi apakah itu benar?

Jawabannya tentu SALAH.


Sebagai manusia normal kita pasti punya rahasia yang ingin disimpan, baik dari masa lalu maupun hal yang terkini dialami. Tak peduli  laki-laki ataupun perempuan pasti punya hal semacam iitu. Misal, setelah menikah kita ingin suami atau istri tau bahwa kita dulu populer, banyak laki-laki atau perempuan menyukai kita bahkan mengumbar hubungan cinta di masa lalu. Atau mungkin kita merasa perlu bilang pada pasangan bahwa dulu pernah mencintai dalam diam pada si A atau B. Pembicaraan semacam itu harus dihindari. Semestinya apa yang telah usai di masa lalu bukan lah hal yang mesti dikonsumsi pasangan kita di masa kini. Alih-alih ingin dia mengenal kita lebih dalam, malah jadi kecemburuan dan kecurigaan yang memburuk dari waktu ke waktu.


Selain masa lalu yang mesti disimpan, hal yang mesti nya tidak perlu kita bagikan ke pasangan adalah keburukan atau kesalahan orang tua dan saudara-saudara kita. Karena mereka adalah keluarga kita yang pertama dan ikatan darah berlangsung selamanya maka menjaga nama baik mereka adalah kewajiban kita. Makanya ghibah itu dosa. Apalagi yang dighibah itu orang tua, duh naudzubillah. Tapi kita tentu boleh mengatakan karakteristik, sifat dan hal yang tidak disukai keluarga kita, agar pasangan lebih berhati-hati dalam berhubungan dengan mereka.


Salah satu hal yang kerap dituntut para perempuan agar suaminya terbuka adalah masalah keuangan. Berapa uang/ gaji yang didapat, dan ke mana uang itu dipakai. Sebenarnya terbuka soal gaji/pendapatan itu bukan kewajiban suami. Karena itu murni milik mereka, tapi mereka wajib memberi nafkah sesuai kemampuan. Selama diperoleh dari jalan yang halal dan transferan selalu lancar, sah-sah saja tidak perlu diceritakan. Namun akan lebih melegakan jika para suami mau berbagi soal keuangan pada istrinya agar tidak timbul kecurigaan.


Salah satu hal yang kerap disembunyikan pada pasangan padahal mestinya diceritakan adalah soal hutang. Padahal masalah hutang, wajib kita bagikan ke pasangan. Agar  ketika kematian datang tiba-tiba, ada pihak keluarga yang bisa mengurusnya. Sehingga setelah kita mati, tidak ada tanggungan lagi di dunia ini.


Ini hanya sebagian kecil hal yang saya soroti. Tentu ada beberapa hal yang menjadi kesepakatan bersama untuk saling terbuka. Ada hal yang disembunyikan berdasarkan intuisi bahwa itu lebih baik tak diketahui. Karena setiap pasangan punya rules masing-masing asal tak melanggar syariat agama.


Read more

Wednesday, March 30, 2022

Garwo

Kebahagiaan tertinggi adalah berbagi, kecuali berbagi suami. Caption yang kutulis beberapa tahun silam di halaman Facebook ku. Aku yakin bahwa 99% perempuan tidak rela berbagi suami yang dikasihinya. Jika ada yang suka rela membaginya maka perlu ditanyakan, apakah ia masih menganggapnya suami? Apa ia masih merasa saling memiliki? Apakah masih ada cinta di dalam hati?


Beberapa minggu yang lalu, seorang perempuan yang kukenal dekat bercerita hendak mengambil pekerjaan di luar kota. 

"Anak-anak gimana mbak?" Tanyaku.

"Mereka sudah kerasan di pesantren. Aku sudah tenang soal mereka." Jawabnya.

"Suaminya gak papa ditinggal sendirian?" Lanjut ke-kepo-an ku.

"Kalau dia sih gampang, malah sudah kusuruh nikah lagi kalau gak tahan sendirian." 


Jawabnya membuatku kaget. Begitu mudahnya ia mengatakan poligami untuk suaminya sedangkan banyak perempuan menangis terseok karena dimadu. Bukan berarti aku menganggap poligami membuat perempuan menderita, tentu ada yang hidupnya baik-baik saja meski dipoligami. Hanya saja, jika bisa memilih, tentu semua perempuan ingin menjadi satu-satunya bagi suaminya. Entah mereka ada di posisi istri pertama, kedua, ketiga maupun keempat. Maka akan terasa ganjil jika ada perempuan menyuruh suaminya menikah lagi saja. Tentu ada alasan  khusus jika mereka memilih begitu. Atau bisa jadi cinta itu sudah tidak ada. Maka rasa peduli pun sudah sirna.


Dalam istilah jawa, pasangan suami istri itu disebut garwo (sigarane nyowo/ separuh nyawa). Penamaan tersebut punya makna begitu mendalam. Karena saat pasangan kehilangan satu sama lain, maka akan ada jiwa yang sakit terluka. Dan tentu saja tanpa separuh jiwa hidup kita terasa tidak lengkap. Jika seseorang sudah tidak menganggap lagi pasangannya sebagai separuh jiwanya, maka akan ada bagian yang kosong dalam hatinya. 


Dalam hidup, hubungan baik suami istri adalah salah satu sumber kebahagiaan. Kita tidak akan selamanya bersama orang tua. Akan ada masa nya kita akan pergi meninggalkan mereka atau mereka yang harus pergi dari dunia. Seorang anak pun begitu. Akan ada saat di mana mereka hidup dengan dunia mereka sendiri. Maka satu-satunya manusia tempat kita berbagi rasa, hati, masa adalah suami/istri. Sudah seharusnya satu sama lain menjaga hubungan kuat ini selamanya. 
Read more

Friday, February 25, 2022

Pemikiran Nyeleneh

Ada saja yang bikin ramai jagat media sosial. Jika dulu aku juga akan asik berkomentar dan share postingan sana sini sama seperti yang lainnya. Memang pernyataan orang yang liberal tapi menyusup ke NU itu selalu bikin kontroversi dan bikin image organisasi jadi buruk. Sebenarnya sebelum menjabat sebagai menag, orang itu sudah sering bikin pernyataan kontroversi sih. Jadi tak heran jika kalimat yang keluar dari pemikiran nya ya nyeleneh begitu. Sayangnya sudah dapat label orang NU. Padahal gambaran NU sesungguhnya ya kyai alim seperti Kiai Miftahul Akhyar, kiai Maimun Zubair (alm), dan banyak lainnya. Namun yang sering disorot malah pak Yaqut, Muwafiq yang cara berpikirnya nyeleneh.


Aku tak mungkin menulis semacam ini di media sosial. Mengingat pengalaman buruk harus diserang hate speech oleh orang yang benar-benar kenal di dunia nyata. Padahal komentarku dulu bukan menyerang organisasi, tapi memang tokoh yang dibela sebagian mereka itu mengucapkan hal tak pantas pada Nabi. Masak iya Nabi dulu dibilang rembes, mungkin juga masa kecilnya nyolong. Ucapan tak beretika semacam itu tentu membuat hati muslim marah. Padahal saat itu aku hanya mengomentari cara berpikir nya yang nyeleneh karena orang itu bilang ingin mukjizat Nabi dirasionalkan. Menurutku itu pendapat bodoh. Maka di akun facebook aku membuat sedikit postingan "karomah wali aja harus kita terima, kok mukjizat Nabi mau dirasionalkan". Begitu kurang lebih komentarku saat itu. Ternyata kalimat begitu dipandang sebagai memusuhi NU, dan sayangnya yang berpikir seperti itu teman-teman ku yang aktif di organisasi. Dan terjadilah pemutusan list pertemanan di media sosial. Aku sih yang hapus mereka. Saking gregetan nya. Mungkin kalau orang asing yang menyakiti ku, rasanya tak sesakit ini. Tapi karena mereka menjadi teman lama, tapi memusuhi ku begitu saja membuatku sulit untuk bisa menerima. 


Semenjak saat itu aku pun jarang berkomentar di media sosial kecuali hal-hal remeh. Entah kenapa kecewanya begitu dalam. Kali ini pun begitu. Mau ikut komentar, tapi takut ada war (perang). Soalnya ada dua akun yang pernah aku hapus minta pertemanan dan aku terima lagi. Dan hate speech dari salah satu nya emang bikin aku sakit hati sampai sekarang.


Mungkin bakal ada yang tanya, kenapa gak legowo dan memaafkan? sayangnya aku bukan orang sebaik itu. Pemikiran salah tentang Allah, Nabi, agama islam, adalah sesuatu hal yang harus kita tolak. Mungkin kapasitasku sebagai awam hanya bisa menolak bahwa itu salah. Maka jika ada yang membela pembawa pemikiran salah semacam itu berarti kami sudah tidak sejalur lagi. Sehingga sampai detik ini, bagiku orang-orang itu bukan temanku lagi. Karena mereka secara terang-terangan sudah menerima pemikiran buruk tentang Nabi hanya karena satu organisasi.





Read more

Thursday, February 24, 2022

Sakit Part 2

Sesungguhnya disetiap kesulitan pasti ada kemudahan. Begitulah firman Allah yang termaktub dalam surat al insyirah. Sehingga tidak pantaslah kita sebagai hamba yang beriman ragu akan kemudahan yang dijanjikanNya. Begitu pula kesulitan yang kami hadapi ini. Kami yakin esok hari akan baik-baik saja. Karena Gusti Allah menciptakan segalanya dengan pasangan, kesulitan-kemudahan, sakit-sehat, dan lain sebagainya. Maka kesedihan yang sempat mengoyak-ngoyak perasaanku perlahan sirna.


Setelah melalui malam yang membuat pikiran tidak jernih, kami mulai mencerna lagi setiap kata menyakitkan dari dokter yang kami temui. Sebenarnya ucapannya tidak salah. Anak usia dini tak sepatutnya dibiarkan hidup mandiri di asrama. Karena mereka belum bisa mengatur hidupnya, pola makannya dan menerima tekanan yang berlebih. Harusnya mereka hidup dengan keceriaan. Aku pun sejatinya berpikir begitu. Harusnya kami tak membawanya ke sana. Tapi keputusan itu datang bukan tanpa alasan darurat. Dan hal semacam itu tidak mungkin kami jelaskan kepada orang yang latar belakangnya tak sama dengan kami.

Hanya yang kami sesalkan, waktu terbuang percuma sedangkan kami tentu ingin mendapat solusi dari penyakit yang diderita anak kami. 


Setelah rembukan dengan kepala dan hati yang tenang kami akhirnya memutuskan untuk rontgen saat suhu tubuh Maria turun. Karena sejak malam hingga pagi datang panasnya masih 39⁰C. Akan berbuntut panjang jika membawanya ke RS saat ramai covid 19. Untung nya kamis pagi suhu tubuhnya normal dan ia tampak segar. Segera kami berangkat ke Kudus agar tau lebih lanjut apa diagnosa dokter tersebut benar. Sambil menunggu hasil rontgen keluar, aku dan anak-anak menyegarkan diri dengan berjalan jalan di taman. Meskipun lelah,  rasanya cukup menyenangkan. Hingga 2 jam berlalu, hasil radiology pun keluar. Meraba apa yang tertulis sekaligus bertanya kepada kenalan yang juga tenaga medis maka kesimpulan terkuat ia terkena pneumonia. Sedih hati kami. Tapi dari awal kami sudah menerima bahwa itu yang diderita, maka kami pun tak terlalu kaget. Malahan diagnosa jantung terbukti tidak ada membuat kami pun merasa bersyukur. Yah, meskipun masih berat untuk dilalui. 


Sebenarnya jauh sebelum membawanya periksa, aku yakin bisa mengobatinya. Bukan sombong atau menyepelekan tenaga medis, tapi karena aku yakin dengan sabda Nabi bahwa semua penyakit bisa sembuh dengan habbatussauda kecuali sakit yang menyebabkan kematian. Maka aku pun optimis. Apalagi berulang kali sudah ku buktikan kebenaran sabda Beliau itu. maka rasa sedih ini tak terlalu berat. Sekarang yang kubutuhkan ketelatenan dan kekuatan untuk merawat dan mengobati putriku. Setelah ikhtiar ini, berpasrah pada Allah adalah satu-satunya jalan.


Read more

Wednesday, February 23, 2022

Review Buku 32 Tanya Jawab Fiqih Hak Finansial Istri

"32 tanya Jawab Fiqih Hak Finansial Istri" buku bagus karya ustadzah Aini Aryani, Lc. Menurut ku itu buku wajib bagi para perempuan untuk dibaca dan dipahami isinya. Bahkan harusnya dibaca oleh para suami. Apalagi di tengah budaya patriarki yang masih mengakar di masyarakat. 


Beberapa kali saya temui perempuan yang mesti pontang-panting kerja menghidupi anak dan suaminya sedangkan si suami malah bersantai ria di rumah. Juga tentang betapa sulitnya kebutuhan mereka yang mana uang belanja diatur mertua. Atau seputar kehidupan semasa iddah cerai yang segera diusir suami tanpa sepeserpun uang. Dan masih banyak lagi hak-hak finansial perempuan yang tidak terpenuhi.


Kalau seandainya semasa sekolah kita dibekali pengetahuan hak-hak perempuan dalam rumah tangga, tentu suami dan istri tidak hidup dalam kengawuran. Khususnya untuk para perempuan, banyak yang hidup dalam tekanan. Padahal dalam islam, hak-hak finansial istri itu diatur sedemikian nikmatnya. Misal, kita punya hak untuk meminta dicarikan pelayan jika keuangan suami mampu untuk memenuhi. Kita bisa menuntut dibayar untuk tugas menyusui dan merawat anak, tapi tentunya akan menjadi pahala yang besar jika kita rawat setulus hati. Atau semisal uang yang kita dapat dari bekerja sebenarnya adalah hak perempuan itu secara penuh. Sebagai istri kita tidak diwajibkan ikut membayar kebutuhan rumah tangga, kebutuhan anak sekolah dan lainnya.

Hal itu murni tugas suami.


Maka kadang saat melihat perempuan harus bekerja di luar seharian, sepulang kerja masih mengurus rumah dan anak, dan gajinya digunakan memenuhi kebutuhan rumah sedang si lelaki hanya ongkang-ongkang kaki, maka lelaki semacam itu ginjalnya perlu dicubit pakai linggis. Para lelaki tersebut berusaha menjadi raja kecil dalam keluarganya. Dan menjadikan istrinya layaknya budak yang bisa diatur dan digauli. Harusnya lelaki semacam itu jangan menikah sampai ia belajar betul betul apa tugas dan kewajiban suami sebagai imam dalam rumah tangganya. Bukan malah jadi sampah masyarakat dan nantinya menghasilkan keturunan yang mengikuti jejaknya. Naudzubillah.


Read more