Tuesday, April 10, 2018

Kesepakatan Waktu

Membagi waktu anak-anak dengan gadget adalah tantangan emak-emak jaman now. Sulit memang tapi harus dihadapi dengan tenang. Kerapkali ada luapan-luapan tangis dari anak yang membuat ibu nya miris. Bahkan ada drama guling-guling di lantai yang kadang membuat si ibu kalah memegang prinsip.

Anak-anak memang makhluk cerdas. Mereka bisa menggunakan berbagai cara untuk mencapai yang diinginkan.

Saya pun pernah kalah dengan drama anak-anak yang penuh air mata. Hish..
Tapi akhirnya saya pun belajar membatasi jam menonton televisi. Sebelum menghidupkan tv, kami membuat kesepakatan.
"Nak, ini jam 8, jam 9 harus sudah dimatiin tv nya lho."
"Iya Mi." Jawab Mariyah. Kalau Khadijah hanya mengangguk-angguk dengan semangat.

Lima menit sebelum jam 9 saya ingat kan lagi. Khadijah sudah lari-lari karena memang belum candu. Mariyah mulai cemberut. Dan tepat jam 9 bibir nya ditarik ke bawah.
Saya hanya melihat nya tanpa bilang apa-apa. Meski sudah dilakukan setiap hari, Mariyah masih berat meninggalkan TV dengan sukarela. Meskipun Padahal akhirnya ia lari keluar menerima kesepakatan yang kami buat.


#day5
#Tantangan10hari
#Level6
#KuliahBunsayIIP
#ILoveMath
#MathAroundUs
Read more

Sunday, April 8, 2018

Suka Kerja?

"Abi kok suka kerja sih?"
Tiba-tiba Mariyah tanya serius ke abinya.
"Kata siapa? Abi itu gak suka kerja, tapi nyari uang."

Mariyah tampak serius berpikir, mencerna apa yang dikatakan ayah nya. Di belakang Abi ada kang Hilmy yang bekerja di jasa pengiriman yang kami buka di rumah.

"Kang Hilmy kok seneng kerja?"
"Dia juga gak seneng kerja, cuma nyari uang kayak Abi." Jawab ayah nya Mariyah lagi.

Tampak kang Hilmi jadi senyum-senyum mendengar kepolosan Mariyah. Sedang gadis kecil itu berpikir dengan serius jawaban ayah nya.

Saya bingung juga sih, apa jawaban semacam itu cocok dengan usia Mariyah atau tidak. Tapi ayahnya hanya ingin mengubah pola pikir yang bisa menjebak anak nya tentang 'kebutuhan' akan pekerjaan.


#day4
#Tantangan10hari
#Level6
#KuliahBunsayIIP
#ILoveMath
#MathAroundUs

Read more

Melompat

Kemaren si bapak baru membeli beberapa nampan dari plastik untuk 'kepungan' saat acara rutin di rumah. Tapi entah kenapa beli nya warna-warni. Cantik sih. Tapi langsung membuat anak-anak merasa memiliki sebagai mainan. Haha.
Ya sudah lah.

Mariyah dan Khadijah tampaknya senang sekali. Dijejer semua nampan di lantai. Mereka melompat dari satu nampan ke nampan lainnya. Gak khawatir pecah. Tapi sayang juga baru beli belum dipakai.

Segera saya arahkan untuk menghitung pada setiap lompatan. 
"Satu, dua, tiga, empat, lima, enam."
"Yey..." Seru Mariyah seperti menang lomba. Dan Khadijah pun tak mau ketinggalan melompat, berhitung dan mengenal warna.


#day3
#Tantangan10hari
#Level6
#KuliahBunsayIIP
#ILoveMath
#MathAroundUs

Read more

Thursday, April 5, 2018

Tumbas Kalih

"Ummi, aku pengen susu kedelai." Ucap Mariyah dan Khadijah yang tiba-tiba kompak meminta pada ibu nya.

"Iya."
"Tapi aku tumbas sendiri ya mi?"

Aku jadi tertawa mendengar bahasa campuran nya. Sebenarnya itu salah saya sih, pengen berbahasa Indonesia tapi mulutnya kaku karena tak biasa. Pengen berbahasa kromo, tapi kosa kata nya minim dan lagi juga karena tak biasa. Eh, anak-anak bahasa nya malah jadi campur jawa-indonesia.

Sekali lagi saya iyakan keinginan keinginan nya membeli sendiri. Seperti nya dia mau meniru teman-teman nya yang selalu beli jajan sendiri.
Entah baik atau tidak membiarkan ia belanja sendiri. Tapi tak ada salahnya mencoba hal baru kan? 

Ku ambilkan ia selembar dua ribuan, dan 2 koin lima ratusan untuk membeli dua buah susu kedelai.
"Ini uang tiga ribu. Yang satu dua ribu, dua nya lagi lima ratus ditambah lima ratus, jadi seribu."
Mariyah mengangguk-angguk, entah paham atau tidak.
"Tumbas kalih mbak, ngomong gitu ya."
Mariyah malah balik bertanya, 
"Kalih itu apa mi?"
"Kalih itu dua dalam bahasa Jawa."

Tampaknya ia paham. Mariyah segera berlari keluar disusul adik nya untuk membeli susu kedelai yang diinginkan.

#Day2
#Tantangan10hari
#Level6
#KuliahBunsayIIP
#ILoveMath
#MathAroundUs
Read more

Dibagi Dua

hari ini mariyah membeli gorengan karena lapar. Ini efek Emak nya telat masak. meski hendak melarang tapi tak tega juga melihat mereka merengak karena perut koroncongan. alhasil si bapak ambil inisiatif mencari pengganjal perut.
saat si bapak datang dengan sebungkus plastik bening,  kami meghitung berapa biji yang kami dapat.

"satu,dua, tiga, empat, lima, enam." kata mariyah menghitung satu persatu.

khadijah hanya memperhatikan kakaknya yang memegang gorengan. Saya bagikan satu persatu. mereka makan dengan lahap. Maaf kan emak yang lalai.☹️☹️☹️
Sampai hampir habis mereka makan sebungkus cakwe itu. hanya tersisa satu saja. Sebelum mereka mau memulai drama tarik menarik plastik tapi tercegah juga oleh tangan emak nya. haha

"dibagi dua ya kak? adik separuh, kak mariyah juga separuh." kata ku negosiasi si kakak.
Mariyah mengangguk. Ku pertegas lagi pada Khadijah agar sama-sama sepakat.
"Dibagi sama Kak Mariyah ya dik?"
"iyaaa" kata Khadijah dengan suara kencang.
Begitu lah pembagian jajan dengan duo kecil yang selalu heboh itu.

#Tantangan10hari
#Level6
#KuliahBunsayIIP
#ILoveMath
#MathAroundUs
Read more

Monday, April 2, 2018

Mereka Tetap lah Anak-anak

"kok minta ditemani sih, kamu kan udah gede, punya adik, bentar lagi masuk PAUD." Tegur seorang ibu pada gadis kecilnya.
Mata anak itu berkaca - kaca, menahan tangis sembari bersandar pada tembok tempat mengaji nya. Dan ibu nya meski menemani tapi tak berhenti menggerutu karena khawatir pada bayi nya di rumah.

Aku tak mengenal mereka. Tak berani berkomentar atau menegur salah satunya. Hanya berkaca pada diri sendiri, pernah kah  begitu kepada gadis-gadis kecil ku?!

Anak yang tengah menahan tangis itu usianya sekitar 3 tahun. Sedikit lebih besar dari Khadijah ku. Ia berusaha merengek pada ibu nya untuk ditemani mengaji sore. Mungkin ia sedikit ingin bermanja-manja, atau mungkin juga ada rasa cemburu pada bayi kecil yang kini jadi adik nya.
Sayangnya sang ibu terburu-buru meminta anak berusia 3 tahun itu memahami keadaan orang dewasa. Dan lupa bahwa ia masih lah anak-anak yang butuh dicintai, dan dimaklumi.

Catatan untuk diri sendiri bahwa kita tak bisa menganggap anak-anak  menjadi dewasa karena ia telah menjadi seorang kakak. Bahkan, mereka butuh diberikan pemahaman ekstra kenapa ibu nya mesti berbagi waktu dan perhatian kepada bayi kecil yang baru hadir.
Read more