Kebahagiaan tertinggi adalah berbagi, kecuali berbagi suami. Caption yang kutulis beberapa tahun silam di halaman Facebook ku. Aku yakin bahwa 99% perempuan tidak rela berbagi suami yang dikasihinya. Jika ada yang suka rela membaginya maka perlu ditanyakan, apakah ia masih menganggapnya suami? Apa ia masih merasa saling memiliki? Apakah masih ada cinta di dalam hati?
Read more
Beberapa minggu yang lalu, seorang perempuan yang kukenal dekat bercerita hendak mengambil pekerjaan di luar kota.
"Anak-anak gimana mbak?" Tanyaku.
"Mereka sudah kerasan di pesantren. Aku sudah tenang soal mereka." Jawabnya.
"Suaminya gak papa ditinggal sendirian?" Lanjut ke-kepo-an ku.
"Kalau dia sih gampang, malah sudah kusuruh nikah lagi kalau gak tahan sendirian."
Jawabnya membuatku kaget. Begitu mudahnya ia mengatakan poligami untuk suaminya sedangkan banyak perempuan menangis terseok karena dimadu. Bukan berarti aku menganggap poligami membuat perempuan menderita, tentu ada yang hidupnya baik-baik saja meski dipoligami. Hanya saja, jika bisa memilih, tentu semua perempuan ingin menjadi satu-satunya bagi suaminya. Entah mereka ada di posisi istri pertama, kedua, ketiga maupun keempat. Maka akan terasa ganjil jika ada perempuan menyuruh suaminya menikah lagi saja. Tentu ada alasan khusus jika mereka memilih begitu. Atau bisa jadi cinta itu sudah tidak ada. Maka rasa peduli pun sudah sirna.
Dalam istilah jawa, pasangan suami istri itu disebut garwo (sigarane nyowo/ separuh nyawa). Penamaan tersebut punya makna begitu mendalam. Karena saat pasangan kehilangan satu sama lain, maka akan ada jiwa yang sakit terluka. Dan tentu saja tanpa separuh jiwa hidup kita terasa tidak lengkap. Jika seseorang sudah tidak menganggap lagi pasangannya sebagai separuh jiwanya, maka akan ada bagian yang kosong dalam hatinya.
Dalam hidup, hubungan baik suami istri adalah salah satu sumber kebahagiaan. Kita tidak akan selamanya bersama orang tua. Akan ada masa nya kita akan pergi meninggalkan mereka atau mereka yang harus pergi dari dunia. Seorang anak pun begitu. Akan ada saat di mana mereka hidup dengan dunia mereka sendiri. Maka satu-satunya manusia tempat kita berbagi rasa, hati, masa adalah suami/istri. Sudah seharusnya satu sama lain menjaga hubungan kuat ini selamanya.